Saya teringat semangat Klopp saat menabuh genderang perang pada masa awal membesut Liverpool. "Saya bukan jenis orang yang muncul didepan publik sambil berteriak lantang 'kita akan menguasai dunia' atau yang sejenisnya," ujar Klopp kala itu.
Pelatih ekspresif itu menambahkan, "Kami akan menguasai bola pada tiap kesempatan. Kami akan mengejar bola. Kami akan berlari lebih banyak. Kami akan bertarung lebih sengit. Kami akan lebih baik dalam bekerja sama. Kami akan membangun organisasi pertahanan yang lebih baik daripada kesebelasan mana pun."
Gegenpressing. Begitu sebutan keren bagi strategi racikan Klopp. Strategi yang menuai banyak puji. Bahkan setelah menangguk kekalahan di kandang Barca, strategi agresif itu berhasil dengan baik membalikkan keadaan menjadi kemenangan dengan skor 4-0 di kandang sendiri.
Taktik yang menumpukan tanggung jawab pertahanan pada tiap pemain, dengan rumus setiap pemain bertanggung jawab atas area tertentu dan terhadap satu pemain lawan. Taktik itu pula yang berhasil menumpulkan pemain kreatif di kubu Tottenham Hotspur. Final Liga Champions di Stadion Manda Metropolitano, Madrid, mereka menangi dengan skor 2-0 (Minggu, 2/6/2019).
***
SEMUA akan kalah pada waktunya, termasuk Liverpool. Pertahanan kolektif dengan dua lapis pertahanan di lini belakang tidak tampak saat Liverpool kalah melawan Southampton. Kegigihan semua pemain setiap kehilangan bola juga kurang terlihat saat Liverpool dibekuk Burnley.
Dua kekalahan dan dua laga seri pada empat partai terakhir dapat menggerus harga diri pemain. Klopp harus lekas-lekas menemukan vaksin agar virus harga diri terluka berbalik menjadi obat yang membuat imun pemain kebal terhadap caci maki pendukung.
Meski begitu, suporter Liverpool tidak harus berkecil hati dan berpaling ke klub lain. Santai saja. Cinta sebaiknya tidak pupus hanya karena lima partai tanpa kemenangan dan empat partai nirgol. Fanatisme sebaiknya tidak luntur hanya karena Liverpool, misalnya, terlempar dari empat besar klasemen.
Bagaimanapun, penggemar Liverpool mesti mengenang harapan Klopp kala pertama kali datang bersama harapan baru.Â
Kata Klopp, "Orang-orang sebaiknya tidak menganggap saya sebagai Yesus. Saya berharap tidak ada yang menganggap saya benar-benar memiliki mukjizat. Saya berharap para suporter tidak berlebihan menyangka 'Jurgen ada di sini maka semuanya akan berubah'."
Yang patut ditunggu saat ini adalah bagaimana cara Klopp mengungkit kembali kepercayaan diri pemain. Itu dulu. Selanjutnya, bagaimana taktik Klop guna mengatrol kegembiraan pemain saat bermain bola. Jika rasa percaya diri dan gembira bermain-main di lapangan sudah muncul, masa perih akan berlalu.
Moga-moga saja Klopp menemukan cara untuk mengembalikan gairah dan kegembiraan para pemain Liverpool. Dengan begitu anjuran Prof Huizinga tentang manusia selaku makhluk homo ludens, punya kesempatan yang sama untuk bergembira saat bermain-main dalam kehidupan, dapat segera terwujud.