Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Akibat Meremehkan Bahasa Indonesia, Perdagangan Manusia Kian Marak

21 Januari 2021   13:31 Diperbarui: 21 Januari 2021   13:39 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wah, ternyata saya salah kaprah dalam berbahasa Indonesia! (Ilustrasi: neilpatel.com)

Gedung tidak dijual, tetapi narahubung minta dihubungi (Sumber: Twitter)
Gedung tidak dijual, tetapi narahubung minta dihubungi (Sumber: Twitter)
Coba Anda bayangkan. Ada spanduk sedemikian besar dan terentang megah, tetapi gedung tempat spanduk itu terbentang ternyata tidak dijual. Apa maksudmu pasang spanduk iklan begitu, Pallubutung Encer? Kamu cari perhatian sehingga minta dihubungi? Eheh, saya jitak jidatmu, Oncom Beureum (bahasa Sunda: merah)!

Sungguh perkara remeh, tetapi membuktikan betapa selama ini kita terlalu meremehkan bahasa Indonesia. Saya ulang, ter-la-lu! Kalian boleh membacanya pakai nada. Mohon maaf, ini tidak ada hubungannya dengan Bung Haji Rhoma Irama.

Kasus-kasus di atas hanya seupil dari kesalahan berbahasa yang kita biarkan terjadi terus-menerus secara turun-temurun. Semacam kesalahan yang dibiarkan.

Bayangkan jika pembiaran sedemikian disahkan oleh negara. Bayangkan jika pengabaian bahasa Indonesia dilegalkan oleh negara. Bayangkan jika pulau-pulau di Nusantara tercinta nanti tidak menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lagi.

Jika sudah demikian, maafkan kalau saya berang. Tahi kucinglah berkoar-koar tentang nasionalisme, tetapi bahasa Indonesia kalian injak-injak. Bukan hanya oleh penutur dan pengguna bahasa Indonesia, melainkan juga oleh Pemerintah. Perih, Jenderal!

Salam takzim, Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun