Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Onomatope dan Penulis Kaya Kata

6 Oktober 2020   18:47 Diperbarui: 12 Oktober 2020   16:35 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua penulis pasti ingin kaya. Rasa-rasanya tidak ada penulis yang ingin melarat. Saya juga begitu. Paling tidak ada tiga kekayaan yang sangat saya dambakan: kaya cinta, kaya kata, dan kaya harta.

Saya sudah kaya cinta. Saya mencintai dunia tulis-menulis. Saya mencintai kebiasaan membagi ilmu. Saya mencintai satu-satunya perempuan pepuja hati. Tiga cinta itulah bekal saya dalam mengarungi hidup pedis (baca: perih dan pedih) ini. Saya pikir begitu.

Saya sudah kaya kata. Saya menyukai tabiat mengulik kamus. Saya menyukai perilaku mengutak-atik kata. Saya menyukai satu-satunya perempuan mata air inspirasi. Tiga kesukaan itu menggenapi bekal saya dalam melayari lautan literasi. Saya pikir begitu.

Satu-satunya kekayaan yang tidak pernah lama saya nikmati adalah kaya harta. Dalam satu masa banyak uang, pada tiga masa fakir duit. Bukan karena saya dan pasangan saya tidak pandai menata keuangan, bukan. Fluktuasi royalti dan resesi honorarium penyebabnya. Saya pikir begitu.

Bagaimana dengan Anda? Percayalah, jika Anda rajin menulis puisi maka hati Anda akan merasa kaya. Kaya akan rasa bahagia, bukan kaya harta. Padahal, puisi mustahil kita jadikan alat tukar jual-beli bahan makanan. Saya pikir begitu.

Amboi, saya terlalu banyak berpikir. Pantas rambut saya semakin panjang. Oke, Kawan. Sekian basa-basi saya pada hari keenam dalam Bulan Bahasa 2020. Saya berharap Anda berada dalam kondisi sehat di tengah amuk pagebluk yang luar biadab ini.

Sebelum kita mulai bertualang, ada baiknya Anda tilik infografis di bawah ini.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Itulah kaidah memilih kata, Kawan. Anda bisa melakukannya apabila rekening kata Anda selalu berisi. Jika kerontang seperti rekening bank orang, tidak ada apa-apa yang dapat Anda lakukan. Hahaha. Basa-basi lagi, deh.

Kali ini kita masih berkutat pada tema kekayaan bahasa Indonesia. Topiknya masih seputar onomatope serta hubungannya dengan penulis. Ya, penulis. Anda dan saya. Hanya saja, kali ini saya tidak menyasar penulis fakir kata. Saya tobat gara-gara kemarin banyak yang memprotes frasa "fakir kata".

Jadi, perkenankan saya pilih frasa "kaya kata". Semoga Anda termasuk penulis yang kaya kata. Mereka juga. Kalaupun belum, mudah-mudahan Anda dan mereka mau bergerak menuju istana kosakata. Tenang, saya akan mengantar Anda ke sana.

Kemarin telah kita sisir onomatope suara air, jatuh, dan tanaman. Hari ini saya berniat mengajak Anda menyelam ke dasar tasik untuk memetik onomatope suara hewan. Mungkin kepala Anda disesaki rupa-rupa pertanyaan. Misalnya, apa guna onomatope suara hewan bagi penulis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun