Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Empat Rahasia Dapur Peracik Infografis

15 September 2020   23:39 Diperbarui: 18 September 2020   05:23 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiada guna bikin-bikin infografis kalau hanya untuk pemanis artikel di Kompasiana. Oh, tidak. Itu keliru. Benar-benar keliru. Jauhkan pikiran sesat macam itu. Engkong Felix saja yang sudah tuwir masih menaja infografis buat si Poltak. Begitu pula dengan Om Katedrarajawen pada tiap tulisannya. Sekalipun, ya, seadanya. Itu saja sudah dahsyat.

Lagi pula, kita tidak bisa menyamaratakan watak Kompasianer. Ada Kompasianer yang bahagia cukup dengan kata-kata; ada yang bertambah bahagia jika disuguhi visual infografis yang menarik; ada juga yang sangat bahagia manakala kata dan infografis ditata dengan padu dan laras.

Menaja infografis yang informatif dan aktraktif juga bukan perkara mudah. Apalagi macam saya yang tidak pernah mengenyam pendidikan desain grafis. Apa-apa dipelajari sendiri. Sering sekali membuang-buang waktu untuk percobaan-percobaan yang gagal. Namun, senangnya tiada terkira acapkali satu infografis rampung.

Apakah infografis berguna bagi tulisan? Jawaban saya ringkas dan jelas. Ya. Malah sangat berguna. Supaya lebih terperinci, silakan nanti klik artikel ini. Pernak-pernik Infografis. Itu artikel yang khusus saya anggit untuk mengudar manfaat infografis. 

Baiklah. Sekarang saya geber saja rahasia dapur saya. Silakan lihat infografis berikut.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Sebenarnya, meracik infografis tiada berbeda dengan memasak. Jika memasak membutuhkan bahan untuk dimasak, infografis membutuhkan data untuk diracik. Jika memasak membutuhkan rempah-rempah agar masakan sedap dicicip, infografis membutuhkan ikon, huruf, dan warna supaya lezat dipandang.

Baik memasak maupun meracik infografis sama-sama bertumpu pada rasa. Masakan bermain pada pencerapan, infografis pada penglihatan. Yang makan kenyang lahiriah, yang menikmati infografis kenyang batiniah.

Kita mulai dari rahasia pertama, yakni komposisi warna. Patut kita camkan bahwa mainan utama infografis adalah warna. Tiap warna yang kita pilih mesti dilandasi alasan psikologis. Bukan sekadar pilih merah, biru, kuning, putih, atau hitam.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Tanya saja koki atau juru masak di rumah kalian. Rempah-rempah seperti kapulaga, kayu manis, dan kemiri tidak asal dicomot dan dibubuhkan ke dalam masakan. Ada hitungannya. Berapa banyak dan seberapa bermanfaat mesti ditakar dengan saksama.

Saya saja, selaku peracik infografis amatir, benar-benar menakar warna. Jika ingin infografis yang terkesan tegas, formal, dan canggih maka saya gunakan warna hitam. Kalau mau suasana agak hangat, enerjik, dan agresif maka saya pilih merah. Apabila menghendaki ekspresi ceria, optimistis, dan kesan cerdas pasti saya pakai warna kuning.

Supaya lebih detail, sekalian saya bubuhkan psikologi warna melalui infografis di bawah ini.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Bukan hanya itu. Kita juga mesti menghitung bentuk ornamen yang akan kita gunakan. Lingkaran untuk memastikan aspek kepaduan, kotak buat keseimbangan, dan segitiga untuk kekuatan. Bentuk lain biasanya saya gunakan untuk mematri aspek keindahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun