Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Titiek "Halusinasi" Soeharto

21 Mei 2019   00:35 Diperbarui: 21 Mei 2019   00:49 2776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Titiek Soeharto dan mantannya. | Foto: IDN Times

Pilpres tahun ini? Jelas tidak demikian. Bahkan tatkala lembaga survei melansir hasil hitung cepat, Pak Prabowo dan kubunya punya hitung-hitungan sendiri. Menjelang akhir hitung manual di KPU pun, kubu Pak Prabowo masih yakin menang. Jelas berbeda, kan?

Bayangkan seandainya Prabowo-Sandi jadi oposan pada zaman Pak Harto. Bayangkan Ibu Titiek menggerundel pada zaman Orba. Bayangkanlah!

Saya saja, berikut beberapa kerabat, yang dulu ogah memilih Golkar cukup lama menikmati betapa kuatnya tekanan penguasa dan konco-konconya. Saking kuatnya tekanan itu sampai-sampai tidak dapat saya singkirkan dari ingatan. Bahkan saya cantumkan ke dalam novel saya, Natisha.

Berbekal ingatan itulah saya berani menyatakan bahwa Ibu Titiek telah bersikap kurang ajar kepada almarhum ayahnya. Biarlah orang lain menuduh bokap curang, anak sendiri janganlah ikut-ikutan. Toh selama ini doi hidup dari harta yang ditimbun puluhan tahun atas jasa babenya.

Tidak terbayangkan bila saja Pak Harto bangkit dari kubur untuk menjitak putri keduanya itu. Uh! 

Halusinasi dan Syahwat Kuasa

Meski begitu, kita seharusnya membuka hati untuk memaklumi sikap Ibu Titiek. Cobalah pikirkan apa yang akan kita lakukan andaikan kita berada di pihak beliau. Apalagi menjadi beliau.

Sungguh mengenaskan andai kata Pak Prabowo gagal menjadi Presiden RI yang kedelapan. Nasib baik akan menjauhi Ibu Titiek. Istana Kertanegara memang ada, tetapi itu berbeda dengan Istana Negara.

Mari kita lihat sisi lain. Melalui Partai Berkarya, sebuah partai yang dibangun oleh kroni Pak Harto, beliau berhasrat meraih kursi di Senayan. Nama besar orangtua, modal harta luar biasa, dan sisa-sisa pengaruh ternyata tidak mumpuni.

Beliau gagal melenggang ke Senayan. Partainya juga gagal. 

Dilansir Media Indonesia, hanya delapan caleg DPR-RI Dapil DIY yang berasal dari tujuh parpol berhasil melenggang ke Senayan. Di antara delapan nama itu yang lolos ke Senayan itu, tidak ada Siti Hediati Soeharto. Beliau gagal ke Senayan karena hanya memperoleh 26.159 suara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun