Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Matamu

16 April 2019   00:08 Diperbarui: 16 April 2019   00:49 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

--Amaliana Widya Utami

Kamu menabung luka di matamu. Aku tak menemukan jejak marah di senyummu, tetapi kecewa berderuk di desahmu. Pundakmu tulang keropos yang gampang dipatahkan nestapa. Atau diremukkan sengsara. Aku menyesal sekarang. Seharusnya dulu aku belajar tentang bahasa tubuh. Sekarang aku gagap mengeja remah tabah di matamu.

Aku menabuh tawa di telingamu. Kamu terkekeh, tetapi matamu berkaca-kaca. Tubuhmu daun kering yang mudah dilahap api. Atau dibusukkan tanah. Aku menyesal sekarang. Semestinya aku berhenti menyayat hatimu, sebab kutahu menyakiti bukan bagian dari mencintai. Kini aku gugup dan tidak tahu obat apa yang manjur mengobati lukamu.

Aku tegak di depanmu sebagai orang asing yang berusaha lesap ke matamu, lesak ke kedalamannya, dan mencabuti akar-akar luka di dalamnya. Kamu tegak di depanku sebagai perempuan yang pura-pura tabah, menolak air mata, dan buru-buru mengenakan topeng tegar. Aku menyesal sekarang, tetapi entah mengapa aku lupa cara meminta maaf.

Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun