Matanya membelalang seakan-akan tidak percaya melihat jasad yang terbujur di hadapannya adalah ibunya. Semalam ibunya masih mendongeng untuknya, pagi tadi masih menyiapkan sarapan baginya, dan siang tadi masih membukakan pintu ketika ia pulang sekolah. Ia masih nanap, matanya membuntang, dan sesuatu yang hangat membasahi pipinya.
Ada satu virus yang menyerang hampir seluruh penulis dan orang yang suka menulis dan orang yang berhasrat menjadi penulis. Virus itu ganas. Namanya "malas". Virus yang juga menjangkiti para pemeriksa ejaan (proofreader) dan penyunting (editor). Padahal, obat mujarab untuk membunuh virus itu tidak tersedia di apotek mana pun di seluruh dunia.
Jangankan cara membeber gagasan yang ajek dan utuh, membedakan pemakaian kata saja masih kelimpungan. Contoh sederhana, banyak penulis atau calon penulis (termasuk pemeriksa ejaan dan penyunting) yang masih gelagapan apabila ditanya perbedaan antara ini dan itu, beginilah dan begitulah, suatu dan sesuatu, atau berapa dan berberapa.
Banyak juga yang bisa menjawab, namun tidak sedikit yang jawabannya cemang-cemong alias sekenanya.
Semua gara-gara virus malas. Nasib semakin nahas. Virus malas tidak hanya menghalangi syahwat membuka kamus, tetapi juga merintangi gairah membaca. Jika membuka buku, kecepatan membaca kita seketika melebihi laju kuda. Berjumpa kata yang tidak dimengerti langsung pindah alinea.
Jika membaca artikel atau berita di gawai, mata acapkali singgah di judul dan paragraf awal saja. Setelah itu main gulir ke bawah dan langsung ke alinea penutup. Spontan kita menjelma serupa juru nujum alias dukun yang mahir mereka-reka pertanda. Sesudah itu, kita main tarik simpulan sendiri. Alamak!
Coba gulirkan layar gawai kalian ke atas. Berhenti beberapa jenak pada alinea pembuka subbab. Simak dan cermati kata yang saya cetak miring. Ada tiga varian kata membelalak yang saya gunakan, yakni membelalang, nanap, dan membuntang. Tunggu, Kawan. Tidak perlu tergesa-gesa membuka kamus daring. Sudah saya siapkan tabel bagi kalian berisi varian kata membelalak.Â
Silakan dinikmati.
"Tidak," kata Vita. "Aku bisa memaafkanmu, tetapi tidak mampu melupakan kesalahanmu," katanya lagi. Vita berkata dengan mata berkaca-kaca. Ketika kata-kata mengalir dari bibirnya, ia merasa ada yang berderak di dadanya. Rasa sakit menjalar. "Kalau kamu mau pergi," katanya sambil terisak, "pergi saja!"
Setidaknya ada satu trik memperbanyak kosakata. Trik yang mudah dan murah, meskipun tidak murahan. Trik itu adalah membaca. Naif apabila kita berharap bisa mengisi gudang kata dalam benak kita hanya dengan berangan-angan atau beringin-ingin. Suka tidak suka, kita harus rakus membaca.