"Pengalihan sesaat!"
"Setidaknya bagus untuk mewaraskan pikiran."
Tami tertawa pelan. "Ada-ada saja!"
"Cobalah," bujuk Remba lagi, "tulis apa saja selain duka karena cinta!"
Tak ingin melihat lelaki yang disayanginya terus membujuk, Tami mengambil buku di tangan Remba, membuka lembar demi lembar, dan mulai menulis.
***
Daripada menentukan apakah di digabung atau dipisah, orang-orang lebih mudah membedakan rindu dan cemburu.
Dulu aku selalu kesulitan setiap ingin menulis di. Aku sering bingung menentukan apakah di mesti dipisah atau digabung. Lebih dungu lagi, aku malas membaca. Jangan timpakan kesalahan hanya kepadaku. Siapa suruh buku-buku tentang bahasa Indonesia dikemas tidak menarik. Tampilannya begitu-begitu saja, bikin mata cepat redup. Apalagi diktat tentang bahasa Indonesia. Melihat sampulnya saja sudah membuatku menguap.
Setelah bertemu kamu, aku tidak bingung lagi. Aku tidak tahu ilmu apa yang kamu pakai sehingga semua ocehanmu tentang bahasa Indonesia dapat kucerna dengan mudah. Mungkin kamu punya mantra, mungkin. Apa pun itu, kamu laksana pesulap yang selalu membuatku penasaran. Mengapa kain bisa menjadi bunga? Kenapa bunga berubah jadi merpati? Bagaimana pesulap mengubah tongkat menjadi tali? Ya, kamu membuatku seperti bocah kecil yang diperangah tukang sulap.
Mula-mula kamu mengingatkanku tentang kaidah penulisan partikel pun. Kemudian, kamu menegurku secara lembut soal penggunaan dan lain-lain.Â