Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Lima Prosa Lirih tentang Kata, Cinta, dan Kita

13 Juni 2018   18:08 Diperbarui: 14 Juni 2018   02:11 3497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
/3/

Dalam cinta, banyak hal receh yang membahagiakan. Kecupan di kening, misalnya. 

Dalam cinta, banyak hal remeh
yang menyakitkan. Pesan tidak dibalas, misalnya.

Barangkali engkau ingin bertanya tentang silap hati.

Baiklah. Dua kata itu mewakili perasaanmu saat ini. Pernahkah kauajak seseorang, yang kaucintai, makan berdua denganmu di suatu tempat, kemudian di luar hujan amat deras, tetapi percakapanmu berlangsung tak seromantis yang kauharapkan?

Kemudian, mata orang yang kauajak makan itu tiba-tiba bercahaya dan kau berbahagia karena mengira kaulah penyebab matanya sebercahaya itu, lalu kamu terpukul setelah sadar kalau matanya bercahaya karena seseorang yang sedang ia temani bicara di layar gawainya.

Itu sebabnya engkau silap hati. Keadaan yang membuat hatimu tidak ingat apa-apa selain kehampaan, kekosongan, dan kesedihan, lalu ingin segera pulang, mencari bantal, dan menenggelamkan diri dalam mimpi tak berkesudahan.

Tetapi kau tidak usah marah, karena marah-marah tak keruan itu pekerjaan orang lemah syahwat. Lagi pula, kautahu bahwa kemarahan tidak bisa menyelesaikan masalah. Alih-alih menyelesaikan, kemarahan dapat memicu masalah baru. 

Engkau hanya perlu melakukan satu hal yang lazim dilakukan para nabi dan sufi: bersabar.

/4/

(Setelah prosa lirih ini rampung, segera kukirim kepadanya lewat WA. Tak ada komentar. Kukira ia tengah mengeja pedih perih di dadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun