Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mabuk Gawai Mabuk Tinta

9 Juni 2018   17:17 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:41 2756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhir 1990-an, saya sudah bersentuhan dengan komputer. Program pengolah katanya belum semutakhir sekarang. Dulu harus menghafal perintah kontrol plus alias Ctrl+. Sekarang kian mudah dan sederhana. Sudah ada menu salin-tempel alias copy-paste. 

Akan tetapi, saya selalu rindu pada bau kertas dan aroma tinta. Malah hingga kini.

Setidaknya ada tiga kelebihan gawai dibanding mesin tik.

Pertama, enteng dan mudah dibawa ke mana-mana. Tidak seperti mesin tik atau komputer bimbit, gawai lebih ringan. Kita pasti merasa aneh bila membawa mesin tik ke kakus. Lebih aneh lagi kalau sampai mengetik saat berak. Komputer bimbit alias laptop juga begitu. Riskan. Bahaya kalau basah. Beda dengan gawai. Mudah dikantongi, ringan digenggam.

Kedua, gampang digunakan. Tidak seribet mesin tik yang harus memasukkan kertas, gawai tinggal pakai. Selama ada colokan, bisa langsung ditumpahkan. Kalaupun tak ada colokan, asalkan daya gawai terisi penuh, imajinasi bisa segera dituangkan. Ada kata atau kalimat salah juga tidak perlu ganti kertas.

Ketiga, aplikasi lebih memudahkan. Gawai sekarang bisa menggantikan fungsi laptop. Kalau ingin mengetik biasa, tinggal menginstal aplikasi Word. Banyak variannya. Cetak miring dan tebal pun mudah. Bahkan aplikasi pengolah gambar dan teks juga ada. Apa saja ada. Katakan saja selamat tinggal mesin tik. Betul, kan?

Bagaimana dengan menulis di kertas? Saya masih sekolot Dumas dan Dostoevsky. Masih suka bau kertas dan aroma tinta. Seperti selalu sukanya saya pada wangi tubuh dan aroma sabun mandi bini tercinta. Maka saya masih sering memakai cara purba: mengetik di kertas. Meskipun saya juga menggunakan cara kekinian: mengetik di gawai.

Begitulah saya. Makhluk purba yang kekinian. Penulis konvensional yang tidak digerus zaman.

Serangan Mabuk Gawai 

Saya yakin kalian akrab pada istilah phubbing. Atau setidaknya pernah membacanya. Istilah itu disematkan bagi mereka yang sepanjang hari berkutat dengan gawai. Nongkrong dengan teman-teman saja masih sibuk mengulik gawai. Ngobrol dengan bokap-nyokap pun tetap menekuri gawai.

Istilah dari bahasa Inggris itu berakar dari kata phone dan snubbing. Artinya, telepon dan sedang mabuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun