Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup dalam Terang Baik Perkataan maupun Perbuatan

9 Oktober 2017   21:12 Diperbarui: 9 Oktober 2017   21:17 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terang (www.ykb-wasiat.or)

Iman membawa manusia jadi anak-anak terang. Anak-anak terang tidak menghambakan diri pada kegelapan. Anak-anak terang memiliki mata hati untuk melihat nilai-nilai tersembunyi dari pelbagai realitas dan peristiwa. Lebih jauh terang membawa manusia kepada kebebasan dan kemerdekaan sebagai anak-anak Sang Maha Terang.  Saat manusia berada dalam kegelapan, ia dikuasai penindasan. Penindasan itu tidak jauh dari diri manusia. Penindasan ada dalam sisi manusia yang jahat. 

Pergulatan manusia tidak pernah usai karena manusia selalu mau berkuasa, terkenal dan kaya. Di satu sisi upaya manusia untuk mencari kekayaan, keterkenalan dan kekayaan berbenturan dengan kepentingan sesamanya. Ia yang bisa saja dikuasai dosa kesombongan mengambil hak orang lain dan merampas kebebasan orang lain. 

Upaya manusia memiliki kuasa, kemuliaan dan kekayaan mengungkung manusia pada tembok egoisme dan keserakahan. Manusia bisa saja terjebak dosa kesombongan. Manusia tidak membagi dunianya bersama orang lain. Sharing dan koneksi terputus. Saat sharing dan koneksi terputus, manusia bisa kehilangan misinya sebagai pembawa terang bagi sesama dan dunia.

Anak-anak terang tidak memandang sesamanya seturut pandangan gelap. Sampai ia harus dipukul oleh Penciptanya, agar sadar  untuk melihat dirinya tak berdaya, miskin dan kecil di hadapan Sang Maha Terang. Ia melihat betapa dirinya bagaikan sebutir debu di hadapan Kebesaran TuhanNya. Ketika Sang Maha Pencipta memukul manusia dalam pergulatan, manusia mencoba untuk melawan. 

Pergulatan manusia melawan Tuhan selesai kalau manusia mengakui Tuhan dan Tuhan mengakui manusia, seperti Yakob dalam Perjanjian Lama. Saat Tuhan memukul Yakob, Yakob semaki menyadari kekecilan, kemiskinan dan ketidakberdayaannya. Tetapi Sang Maha Pencipta mengakui Yakob dan memberi Yakob nama baru: Israel.

Kita bagaikan sebutir debu dan setitik air di tengah samudera. Ide-ide kita tak akan menandingi Kemahabesaran Pencipta. Tetapi kita boleh ikutserta berkarya bersamaNya. Tugas kita mungkin hanya membantu membetulkan tali kasut pada kakiNya sambil berlutut dan menyembahNya. Kita semua adalah anak-anak Sang Maha Terang yang merangkai kata, kalimat dan wacana untuk menjalin hubungan dan berbagi. 

Pengetahuan yang kita bagikan dalam semua tulisan di sini membawa berkah karena lahir dari ketulusan.  Dan ketulusan akan bertahan lama sedangkan kepalsuan akan berakhir. Anak-anak terang memandang semua hal secara seimbang. Ia berkarya dari keheningan bathin untuk memancarkan cahaya pencerahan yang tak akan pernah redup menembus zaman. 

Semoga Terangmu selalu memancarkan sinar kemerdekaan dan kebebasan bagi semua insan manusia yang sedang dahaga akan air kebebasan dan terang abadi. "Hidup dalam terang tidak cukup dibicarakan, menjadi jelas ketika dipraktekkan" (Ef.5:6-14).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun