Mohon tunggu...
Yasirli Ampriya
Yasirli Ampriya Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya menyadari hidup orang tua hanya pas-pasan, besok saya harus dapat menjadi orang yang berhasil, kaya sehingga dapat membahagiakan orang tua.

Aku telah jatuh cinta dengan deretan kota yang belum pernah kudatangi dan pada orang yang belum pernah ku temui

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Mini Mantingan Butuh Sentuhan

17 November 2019   06:08 Diperbarui: 17 November 2019   06:06 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mantingan, Fokus- Pasar mini yang berada di Mantingan Jepara sangat berbeda dengan pasar pada umumnya. Sabtu (16/11) pasar ini terlihat sepi dari kegiatan jual beli. Ibu Siti Anisah salah satu  pedagang pisang di pasar Mantingan yang juga mengalami sepi pembeli.

Menurut Ibu Siti Anisah, salah satu pedagang di pasar minimalis ini menjelaskan bahwa adanya pelebaran jalan yang menjadi faktor penyempitan pasar dan adanya pedagang keliling. Sehingga masyarakat sekitar lebih memilih berbelanja di pedagang keliling tersebut.

Pasar yang juga identik dengan ketradisionalannya, namun disini rasanya ketradisionalan Indonesia seakan mati. Salah satunya hilangnya makanan tradisional. Di pasar ini tidak ditemukan penjual makanan tradisonal, sebut saja seperti makanan cetot, horog-horog, gethuk serta makanan tradisional lainnya. Mayoritas penjual di pasar mini ini menjual sembako dan bahan-bahan masak.

"Disini sudah lama tidak ada yang berjualan makanan tradisional, karena yang jual sudah meninggal sementara itu dari pihak keluarganya tidak ada yang meneruskan menjual makanan tradisional." Tutur Ibu Hj. Warni sebagai penjual di pasar mini.

Pendapatan penjual di pasar mini juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebab memang keadaan pasar ini sangat sepi dari pembeli. Terkadang ada penjual yang sama sekali tidak mendapat pendapatan, namun karena desakan ekonomi mereka tetap memilih untuk tetap berjualan di pasar meskipun kondisi pasar tersebut sepi. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa jika mereka meninggalkan kios mereka, mereka akan merasa rugi sebab mereka sudah membayar kios dengan jumlah nominal yang tidak sedikit.

"Saya akan pindah kios, Mbak. Kalo emang pasar ini dipindah. Saya gak mau pindah meski pun sepi, karena saya sudah bayar uang kios." Tambah Bu Hj. Warni.

Terlihat jelas pula penjual yang yang ada di pasar mini rata-rata sudah berusia lanjut. Seakan-akan menggambarkan usia pasar tersebut. Tentu sangat memprihatinkan, pasar tradisional khas Indonesia mulai terkikis hanya dikarenakan tidak adanya penerus atau generasi yang menggantikan penjual yang ada di pasar mini ini.

Harapannya, kami ingin pemerintah memperluas pasar ini layaknya pasar pada umumnya, agar masyarakat bisa berjualan kembali untuk menambah pemasukan ekonomi keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun