Mohon tunggu...
17_lailatul Qadri Melliniawati
17_lailatul Qadri Melliniawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa aktif Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Banjir, Salah Siapa?

7 Juni 2021   20:20 Diperbarui: 7 Juni 2021   20:52 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Saat musim tiba di musim penghujan, di Indonesia marak terjadinya bencana Banjir. Tidak hanya di Ibu Kota Jakarta saja yang memang menjadi langganan terjadinya bencana banjir tiap tahunnya, namun saat ini, bencana banjir telah menjarak ke beberapa wilayah di Indonesia seperti di Kota Semarang, Kabupaten Lombok Timur, Dompu dan Bima di Nusa Tenggara Barat (NTB), Jember di Jawa Timur dan Singkawang di Kalimantan Barat. Banjir yang terjadi bukan lah banjir biasa, melainkan banjir dengan intensitas tinggi.

Bencana banjir ini sejatinya merupakan bencana yang telah ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tetapi konstruksi dalam pemikiran masyarakat yang beragam menjadikan bencana banjir ini bisa menuai pro dan kontra. 

Banjir yang terjadi di DKI Jakarta misalnya, tak jarang masyarakat yang berasumsi bahwa banjir diakibatkan oleh kinerja pemerintahan DKI Jakarta yang tidak maksimal bahkan gagal dalam menangani masalah banjir. Sesuai dengan teori Kritis yang objek kajiannya mencakup kritis atas dominasi teknologi dan pengetahuan yang menyebabka kerusakan lingkungan.  Bencana Banjir yang terjadi sebenarnya tidak sepenuhnya bermula dari kinerja pemerintah, namun juga akibat dari curah hujan yang tinggi juga karena kelalaian masyarakat luas dalam upaya pencegahan banjir dan kepedulian terhadap lingkungan. 

Menurut Badan Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam  ( Newswire - Bisnis.com) yang dirilis pada tanggal  08 Februari 2021 curah hujan yang tinggi di Indoensia saat ini tengah memasuki periode puncak musim hujan yang dapat membuat terjadinya intensitas hujan mencapai 100 milimeter dalam sehari, atau masuk dalam kategori hujan lebat dan ekstrem. 

Faktor lain menyebutkan bahwa faktor dinamika atmosfer yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan awan hujan di Indonesia, terdapat pula faktor regional yaitu adanya daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia, daerah pertemuan itu terjadi akibat monsun Asia yang masuk ke selatan karena adanya daerah-daerah bertekanan rendah di utara Australia. terdapat pula faktor lokal yang menyebabkan peningkatan curah hujan ekstrem yaitu stabilitas udara yang cenderung labil atau mudah terangkat yang dapat membentuk awan konvektif. Proses tersebut menjadi cukup kuat karena udara yang labil.

Dalam konteks dominasi teknologi yang menyebabkan kerusakan lingkungan, diera milenial saat ini banyak masyarakat yang hanya mengandalkan teknologi dalam kehidupan sehati- hari, sehingga keseimbangan ekosistem lingkungan tidak stabil. Masalahnya, penebangan hutan yang semakin cepat dikarenakan adanya teknologi berupa gergaji mesin. 

Sering juga kita lihat penggunaan alat berat untuk meratakan hutan yang lahannya akan dibuat entah itu untuk jalan raya, perumahan, dan lain sebagainya dan juga benda-benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan berasal dari bahan yang susah sekali diuraikan, sehingga jika dibiarkan atau sudah tidak terpakai akan menumpuk dan mengurangi keindahan lingkungan di sekitarnya. Penggunaan plastic juga menyumbang keberadaan sampah yang sulit teruraikan. Dalam hal ini juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab banjir yang diakibatkan oleh tingkah laku warga masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan.  

Dimusim yang tidak menentu seperti sekarang ini, antisipasi bencana alam bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja, melainkan kewajiban semua lapisan masyarakat tidak terkecuali. 

Banjir, tanah longsor dan bencana alam lainnya sejatinya tidak terjadi begitu saja. Jika kita dapat merawat lingkungan, rajin membuang sampah pada tempatnya, bijak dalam penggunaan sampah plastic juga tidak sembarangan menebang pohon, maka alam juga akan senantiasa terlindung dari ancanam bencana besar. Sudah menjadi acuan juga untuk kita semua agar tidak selalu menyalahkan pihak- pihak tertentu, melain kan kita juga harus ikut terta dan Bersama sama membangun lingkungan yang asri, sehingga akan menciptakan suatu keadaan yang seimbang dan antisipasi penanganan banjir akan menjadi maksimal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun