Mohon tunggu...
Drajat Khoirul Anam
Drajat Khoirul Anam Mohon Tunggu... Pelajar

Saya siswa SMAN 3 JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Makna di setiap langkah

23 September 2025   21:09 Diperbarui: 23 September 2025   21:09 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah hijau membentang, hiduplah seorang anak bernama Ahmad. Usianya baru sepuluh tahun, namun matanya memancarkan kedalaman yang tak biasa. Ia sering kali duduk di bawah pohon mangga di halaman rumah, mengamati dunia di sekelilingnya dengan penuh rasa ingin tahu. Ahmad melihat ayahnya yang seorang tukang kayu, ibunya yang tekun menenun kain, dan kakeknya yang selalu tersenyum meski banting tulang di ladang.

Suatu sore, saat senja mulai menyelimuti, Ahmad bertanya kepada kakeknya, "Kakek, mengapa Kakek selalu terlihat bahagia? Bukankah pekerjaan Kakek sangat berat dan melelahkan?"

Kakek tersenyum, kerutan di wajahnya semakin dalam. "Hidup ini indah, Ahmad, jika kita tahu makna di baliknya. Kebahagiaan sejati bukanlah tentang apa yang kita miliki, tapi apa yang kita berikan."

"Apa yang Kakek berikan?" tanya Ahmad, matanya berbinar.

"Kakek memberikan cinta," jawab Kakek lembut. "Setiap butir benih yang Kakek tanam adalah harapan, setiap tetes keringat adalah doa, dan setiap panen adalah rasa syukur. Kakek tahu, hasil panen ini akan memberi makan banyak orang. Itulah keindahan, Ahmad. Menjadi bagian dari kebaikan yang mengalir."

Kata-kata Kakek meresap dalam hati Ahmad seperti air hujan yang menyuburkan tanah. Sejak saat itu, Ahmad mulai mencari makna hidupnya sendiri. Setiap pagi, ia membantu ibunya merapikan rumah, melipat mukena, dan menyirami bunga-bunga. Ia melakukannya dengan penuh keikhlasan, karena ia mengerti bahwa rumah yang bersih adalah ketenangan bagi keluarga, mukena yang rapi adalah ajakan untuk mendekat kepada-Nya, dan bunga yang mekar adalah keindahan yang diciptakan.

Suatu sore, Ahmad melihat seorang pengemis tua duduk di depan masjid. Wajahnya kusut dan matanya penuh harap. Tanpa ragu, Ahmad mengambil uang tabungannya yang seharusnya ia gunakan untuk membeli mainan baru, lalu memberikannya kepada pengemis itu. Pengemis itu menatap Ahmad dengan haru, "Terima kasih, Nak. Semoga Allah membalas kebaikanmu."

Ahmad merasakan sesuatu yang hangat di dadanya. Bukan kebanggaan, melainkan kebahagiaan yang tulus. Ia menyadari bahwa uang mainan tidak sebanding dengan senyum tulus pengemis itu. Ia kembali ke rumah dengan hati yang lebih ringan, merasakan kedamaian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mengerti, kebahagiaan adalah memberi, bukan menerima.

Malam harinya, setelah salat Isya, Ahmad memandang langit. Bintang-bintang berkelap-kelip, seakan ikut tersenyum padanya. Ia berdoa, "Ya Allah, terima kasih atas hidup yang indah ini. Jadikan hamba sebagai alat-Mu untuk menyebarkan kebaikan. Ajari hamba untuk selalu melihat makna di balik setiap langkah."

Ahmad tumbuh menjadi pemuda yang saleh dan bijaksana. Ia tidak pernah lelah berbuat baik. Ia mengajari anak-anak kecil di desanya mengaji di surau, membantu tetangga yang kesusahan, dan selalu menyapa siapa pun yang ia temui dengan senyum tulus. Baginya, setiap perbuatan baik adalah ibadah, setiap senyuman adalah sedekah, dan setiap detik dalam hidupnya adalah kesempatan untuk mengukir makna.

Ia mengerti, hidup yang bermakna bukanlah tentang harta, jabatan, atau pujian dari manusia. Hidup yang bermakna adalah hidup yang diisi dengan ketulusan, kasih sayang, dan pengabdian kepada Allah SWT. Ia adalah Ahmad, sang pemakna hidup, yang menemukan indahnya kehidupan dalam keikhlasan dan kebaikan. Dan di setiap langkahnya, ia merasa, Allah selalu bersamanya, membimbingnya menuju cahaya. Hidupnya adalah bukti nyata bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah saat kita bisa menjadi manfaat bagi orang lain, menjadikan setiap detik sebagai ladang pahala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun