Mohon tunggu...
Dwin
Dwin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang makhluk ciptaan Tuhan yang unik, Hobi menulis dan bermimpi, Karena saya percaya bahwa tidak ada harapan jika tidak ada khayalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenapa Seseorang Memiliki Mental Illness?

1 April 2024   08:58 Diperbarui: 1 April 2024   09:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • Banyak di antara kaum muslim yang selalu menempatkan Islam hanya terpaku pada urusan fiqih dan urusan syariat. Padahal Islam bukan hanya masalah fiqih dan syariat, tetapi Islam mencangkup seluruh perkara dan lini kehidupan. Baik fisik maupun urusan hati dan pikiran.
  • Ada dua komponen dalam memahami agama, untuk menyempurnakan hidup menjadi hamba Allah:
    • Qolbu salim: Hati yang bersih dari berbagai macam kotoran atau urusan syahwat yang menguasai hati.
    • Aqlun Shahih: Akal yang benar, karena pada dasarnya hati tidak bisa dipisahkan dari akal yang benar. Sebagaimana akal yang benar tidak akan terputus dari hati yang bersih.
  • Siapapun yang menjalani kehidupan agamanya hanya berdasarkan hati, maka banyak makna pada kehidupan yang tidak bisa didapatkan ketika dia tidak menggunakan akalnya. Siapapun yang hanya menggunakan akalnya, tetapi dia tidak pernah menggunakan hatinya untuk memahami kebenaran, akhirnya banyak perkara yang tidak diimani karena menganggap bahwasanya perkara itu tidak sesuai dengan akal dan logika yang dia miliki.
  • Keterkaitan antara Islam dengan masalah kejiwaan dan pikiran manusia. Islam memperhatikan pola pikir dan pola hati manusia di dalam kehidupan yang bisa teman-teman pelajari dalam kitabullah dan sunnah.
  • Ibadah terbagi menjadi dua (ibadah hati dan ibadah fisik). Dan ibadah yang paling besar mendapatkan perhatian dari Allah adalah ibadah hati. Korelasi antara mental ilness dan kehidupan agama, mental ilness merupakan sebuah masalah yang sejatinya sudah dijelaskan di dalam islam. Ada dua kelompok yang memahami keterkaitan antara mental ilness dengan ibadah atau kehidupan agama:
    • kelompok satu menganggap bahwa mental ilness tidak ada kaitannya dengan kehidupan agama. Sehingga mereka merasa apa yang terjadi pada hidupnya tidak ada yang perlu dievaluasi
    • Kelompok kedua yang menganggap bahwa metal ilness pasti ada kaitannya dengan ibadah yang berantakan atau dibenci oleh Allah.
    • Lalu kita seharusnya memilih kepada kelompok mana ? kita seharusnya tidak condong kepada kelompok satu ataupun kelompok kedua. Apapun yang terjadi pada kehidupan kita, tidak mungkin tidak ada kaitannya dengan apa yang pernah kita lakukan. Karena adanya hukum kausalitas dimana satu hukum yang Allah pergulirkan pada kehidupan manusia, jika ada sebab, pasti ada akibat. Tidak  mungkin seseorang akan mendapatkan apa yang dia derita kalau dia tidak memlakukan sesuatu. Allah berfirman,  "Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar." (QS. Ar-Rum:41). Maka harus paham, kita bukan sekedar korban, tetapi kita juga pelaku dari hasil perbuatan kita dahulu baik sadar ataupun tidak sadar.
  • Ketika mengalami mental ilness, maka kita seharusnya mengingat apa yang pernah kita lakukan, mungkin melukai atau berbuat jahat kepada orang lain. Kita harus mengakui secara jujur apa yang terjadi ini disebabkan oleh dosa kita, dan kita tidak boleh merasa hanya menjadi korban. Menderita mental ilness bukan bagian dari sebuah aib, karena ini merupakan bagian dari ujian. Maka ketika kita mmerasa resah, segera mengambil wudhu dan sholat dua rakaat. Kemudian meminta kepada Allah, "Ya Allah, kalau ada dosa yang tidak aku sadari, aku mohon ampunan-mu." Kalau kita ingat seseorang yang kita lukai, datangi dan minta maaf, karena dosa itu meresahkan. Mungkin dibalik candaan kita ada orang yangterluka, mungkin dibalik kita meremehkan orang lain ada hati yang mennagis, dan kita belum melepaskan diri kita dari dosa tersebut. Maka dosa itu akan mencekik kita dalam bentuk  penyakir (mental ilness ) yang kita derita.
  • Mendekatkan diri dengan Allah juga bisa dengan menjaga lisan dan pikiran kita dari segala yang bisa melukai orang lain. Imam ibnu Qayyim berkata, "Mengobati penyakit fisik itu mudah, tetapi mengobati penyakit hati itu susah. Banyak penyakit fisik itu disebabkan karena tidak beresnya apa yang ada di dalam hatinya"
  • Hal-hal penting yang harus diketahui oleh penyintas penyakit mental ilness:
    • bagaimanapun kondisi dan keadaannya, kita adalah saudara. Tidak ada yang memisahkan persaudaraan antar sesama muslim kecuali termakan hawa nafsu. Sesungguhnya penyakit mental ilness tidak pernah sendiri, kadang orang yang tidak menyapa bukan karena tidak peduli dan berempati, tetapi mungkin kita tidak bisa membuka diri untuk menjadikan mereka mengerti tentang apa yang terjadi.
    • Tidak ada satu penyakit kecuali ada obatnya, ini sebuah harapan yang selalu ditumbuhkan setiap waktunya. Tentunya harus mempunyai pelita di dalam hati dan yakin bahwa diri ini bisa sembuh di waktu yang sudah Allah tentukan. Apapun yang datang dari Allah selalu diturunkan secara alami dengan proses waktu supaya kita belajar dan bersabar pada kehidupan.
    • Setiap apapun yang diderita, kalau kita memiliki konsep hati yang ikhlas dan ridha atas apa yang kita derita, sesungguhnya tidak ada perkara apapun yang kita rasakan kecuali akan mengugurkan dosa dan menaikkan derajat kita di sisi Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun