Mohon tunggu...
12_Fera Dwi Putri Anggraeni
12_Fera Dwi Putri Anggraeni Mohon Tunggu... pelajar SMA NEGERI 3 Jember

suka keindahan gunung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keras Hati Seorang Sahabat

23 September 2025   23:09 Diperbarui: 23 September 2025   23:15 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di kelas XII IPS 11, ada dua sahabat dekat, yaitu Cherry dan Lala. Mereka kemana-mana selalu bareng, kayak lem sama kertas. Kalau ada Cherry, pasti ada Lala. Begitu juga sebaliknya. Teman-teman sekelas bahkan sering manggil mereka "kembar beda wajah" saking lengketnya.

Tapi suatu hari, gara-gara hal sepele, hubungan mereka jadi renggang.

Waktu itu lagi jam istirahat. Suasana kelas rame, beberapa anak main kartu di pojokan, ada juga yang asik ngemil. Cherry buru-buru nyamperin meja Lala karena mau nyalin catatan materi.

"Laa, pinjem catetanmu dong. Aku belum sempet nulis materi kemarin," kata Cherry sambil nyengir.

"Yaudah, hati-hati ya, jangan sampe kotor. Itu catetan penting banget buat persiapan ujian," jawab Lala sambil nyodorin bukunya.

Cherry ngangguk, pas itu Cherry juga lagi megang gelas es teh. Karena keburu panik nyari pulpen, tangannya goyang. Akhirnya tumpahlah es teh itu ke buku Lala. Halaman yang awalnya penuh coretan rapi langsung jadi beleberan penuh dengan tumpahan es teh, huruf-hurufnya juga jadi luntur.

"Laa, maaf banget, aku ngga sengaja," kata Cherry panik, matanya membesar.

Tapi Lala cuma melotot, wajahnya langsung berubah masam.

"Udah tau itu catetan penting buat persiapan ujian, kok ngga hati-hati sih?!" bentaknya.

Seisi kelas langsung hening sebentar, terus beberapa anak bisik-bisik. Cherry langsung nunduk, berkali-kali minta maaf, bahkan janjiin buat nulis ulang semua catatan Lala. Tapi Lala ngga mau denger. Dia cuma diem, dingin, dan bener-bener ngga ngajak Cherry ngomong lagi.

Hari-hari berikutnya jadi aneh. Biasanya mereka pulang bareng, sekarang Lala jalan duluan tanpa nunggu Cherry. Biasanya mereka duduk sebangku pas belajar kelompok, sekarang Lala milih duduk sama temen yang lain.

Cherry coba terus deketin Lala. Kadang Cherry bawa jajanan kesukaan Lala. Kadang sampe nyamperin ke rumah Lala sore-sore, cuma buat ngajak belajar bareng. Tapi Lala tetap keras hati, dingin, seolah tembok tebal memisahkan mereka.

Teman-teman satu kelas sampai heran.

"Laa, masa cuma gara-gara buku, kamu segitu marahnya sih? Cherry kan udah minta maaf," kata Rani.

Tapi Lala cuma jawab cuek, "Biarin."

Kalimat pendek itu bikin semua orang geleng-geleng kepala.

Waktu ujian tiba, Lala yang biasanya belajar bareng Cherry, kali ini belajar sendirian. Awalnya dia merasa yakin, tapi pas liat soal, kepalanya pusing. Banyak materi yang lupa karena biasanya mereka saling tuker catatan dan diskusi bareng. Hasilnya, nilai mereka malah turun bareng.

Di situ Lala mulai mikir. "Apa aku terlalu keras hati, ya? Gara-gara gengsi, aku malah nyakitin sahabat sendiri." Tapi pikirannya masih tarik ulur, antara gengsi dan rasa bersalah.

Sampai suatu sore, setelah jam pelajaran selesai, Lala liat Cherry duduk sendirian di kantin. Meja penuh dengan buku catatan baru, Cherry lagi sibuk nulis ulang materi setiap halaman demi halaman. Tulisan tangannya rapi, meski jelas terlihat capek.

Lala berhenti di depan kantin, sambil bengong. "Dia beneran nulis ulang? Padahal aku udah dinginin dia kayak gitu." Ada rasa bersalah di dadanya.

Akhirnya Lala nyamperin, dan duduk di sebelah Cherry.

"Aku... minta maaf ya. Aku terlalu keras hati sama kamu," ucapnya dengan suara rendah.

Cherry berhenti nulis, matanya melebar, lalu tersenyum lega.

"Ya ampun, akhirnya! Aku juga minta maaf, Laa. Aku tau catetan itu penting banget buat kamu."

Keduanya pun tertawa kecil, dan mulai saling berbagi cerita. Akhirnya, suasana yang selama ini kaku dapat mencair kembali.

Dari kejadian tersebut, Lala belajar bahwa sifat keras hati itu cuma bikin capek diri sendiri. Kadang, maafin orang lain lebih bikin hati lega daripada ngejaga gengsi. Persahabatan itu soal saling mengerti, bukan soal siapa yang paling benar.

Dan hari itu, Cherry dan Lala sadar bahwa sahabat sejati itu memang bisa berantem, tapi juga pasti selalu menemukan jalan untuk baikan lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun