Mohon tunggu...
Rohana Rambe
Rohana Rambe Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Tidak ada yang namanya kebetulan. Semua yang terjadi untuk sebuah alasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perkara Telur

4 April 2020   21:03 Diperbarui: 4 April 2020   21:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa awas?" tanya Babang.

"Udah jelas, telor langka. Awas kau telormu."

Mereka semua tertawa.

"Udah, ayo makan telornya," ujar Tiur.

"Sama atu, dua," ujar Mimi, anak bungus Tiur berumur tiga tahun.

"Aku pun, dua samaku," ujar Ron anak ketiga Tiur.

Ron dan Mimi ngotot minta dua. Sementara jual telur di kampung itu tak ada lagi, terpaksa Jalottup dan teman-temannya berbagi.

"Owihh, paet lah. Bangun awak tongah malam parkara sapotong telor," upat Babang.

Sedangkan Butet, tak bisa tidur gara-gara diceramahi Emak karena tak mau makan telur rebus. Butet tak percaya cerita itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun