Mohon tunggu...
Arni Xian Zebua
Arni Xian Zebua Mohon Tunggu... -

Belajar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) salatiga-Jateng FISKOM Prodi_Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menembus Batas Budaya dan Ideologinya

19 Maret 2014   02:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Benarkah manusia itu hidup sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial? Benarkah manusia itu memiliki hak dan kewajiban? Benarkah manusia bebas namun terikat secara hukum? Setidaknya itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang telah memiliki jawaban dalam peradaban manusia. Terlahir dalam budaya, tradisi dan adat yang kental memang menjadi suatu pembentuk pola pikir, tindakan bahkan sebagai landasan seorang individu dalam melihat dunianya.

Budaya kita menentukan siapa kita itu adalah kata-kata yang pernah saya dengar dari seorang dosen saya. Mencoba berhenti sejenak dan mengingat langkah demi langkah, tahap demi tahap apakah itu benar? Ya, kita mencoba merefleksikan diri dan melihat kenyataan yang ada, dalam budaya saya “Nias” adalah budaya yang sangat kental dan memiliki ideologi tersendiri. Salah satu nilai-nilai yang saya temukan adalah status Gender (persamaan) antara anak laki-laki dan perempuan. Perempuan-perempuan Nias ditempatkan bagaikan permata yang indah, berharga, lembut, penurut, bahkan lemah dan terbatas. Itulah citra dirinya jika dirangkai dalam kata-kata yang indah. Dalam sebuah keluarga akan terus mencari seorang penerus dalam garis keturunannya “patrilineal” (garis keturunan yang ditarik dari garis ayah) dimana mayoritas memiliki paham yang sama sehingga kehadiran seorang anak laki-laki merupakan sesuatu yang begitu berharga dan paling utama.

Dia sebagai pejuang, sebagai kepala, seorang yang berada di muka dan mewariskan marga ayah. Namun apa yang terjadi jika pada kenyataanya itu hanyalah sebuah harapan dan bayangan semu yang tak kunjung datang? Masihkah kita melihat itu sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan dan dipertahankan sebagai nilai? Kehidupan masyarakat kita dari sisi ekonomi, kesehatan, sosial, dan bahkan pendidikan memang memprihatinkan. Hanyalah kelas menengah ke atas yang mampu merasakan makanan enak, menempuh pendidikan yang tinggi, mendapat asuransi jiwa, dan sebagainya Itu hanyalah 10% dari jumlah penduduk masyarakat kita yang bergulat dengan kehidupan bertani tradisional, mendapat upah harian, menahan lapar, bersekolah dengan menempuh jarak yang begitu jauh belum lagi kesehatan dan gizi buruk. Siapa yang kita harapkan untuk mengubah nasib ini? Tuhan memakai manusia lainnya yang peka dengan keadaan sesama yang mampu mebawa perubahan yang berani menembus batas dan tradisi yang salah.

Seorang tokoh etika dan pejuang HAM David Alton berkata “kita sangat membutuhkan pembelaan yang sungguh-sungguh untuk yang lemah, yang miskin, dan untuk kehidupan sendiri”. Setidaknya itulah kalimat yang mampu membuka mata hati kita sebagaimasyarakat awam dan juga sebagai generasi pemabawa perubahan. Mari kita melihat para tokoh-tokoh dunia seperti Mary Stevenson Cassatt berkebangsaaan AS yang berprofesi pelukis terkenal,Marya Sklodowska asal dari Polandiapemenang Hadiah Nobel berkat menemukan Radium dan pencipta teknologi aplikasi Sinar-X, dan masih banyak lagi. Apakah kita masih bisa berkata bahwa itu sebuah keberuntungan saja?

Kaum hawa telah lama dirasuki sebagai citra diri kaum lemah, namun tidak berlaku bagi mereka yang berani dan berpikir luas, menentang tradisi dan pola pikir yang dangkal. Wajar saja bagi orangtua Mengkhawatirkan anak gadisnya jika keluar kampung halamannya namun, sebuah pembuktian dari diri kaum itulah yang menjadikan orang percaya dan mendapakan penghargaan membangun citra diri yang baik, menjaga nilai dan norma-norma agama dan adatnya.

Budaya telah banyak mengajarkan kita nilai-nilai yang baikpantas atau tidak pantas, semuanya adalah menuntun kita untuk bertindak tetapi kehidupan manusia juga akan berubah seiring berjalannya waktu dan tuntutan zaman ini. Semua berawal dari perjuangan berani keluar dari tradisi dan pola pikir yang dangkal mulailah melangkah dan berpikir sebagai seorang manusia yang utuh.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun