Statistik Pengguna JALA
Berdasarkan data JALA Tech pada 2023, lebih dari 50.000 petani udang telah bergabung dalam platform digital ini, menjadikannya mitra andal dalam pengelolaan tambak udang. Tidak hanya menyediakan akses pasar, JALA juga memungkinkan 1.200+ tambak di seluruh Indonesia untuk termonitor secara real-time, membantu petambak mengambil keputusan lebih cepat dan akurat.
Yang lebih menggembirakan, rata-rata petani udang yang menggunakan JALA mengalami peningkatan produktivitas hingga 30%. Dengan dukungan teknologi dan akses permodalan yang mudah, JALA tidak hanya mempermudah operasional tambak, tetapi juga membuka peluang bagi petambak untuk meningkatkan pendapatan secara signifikan. Inovasi JALA membuktikan bahwa dengan dukungan teknologi yang tepat, petani udang di Indonesia bisa lebih efisien, mandiri, dan bersaing di pasar global.
Dampak JALA di YogyakartaÂ
Peningkatan Produktivitas Tambak Udang
Sebelum menggunakan JALA, banyak petani udang di Yogyakarta dan sekitarnya mengandalkan metode tradisional yang rentan terhadap kegagalan, seperti di Kabupaten Bantul yang hanya mencapai produktivitas 3 ton per hektar namun, setelah mengadopsi teknologi JALA, produktivitas tambak meningkat signifikan menjadi 4,2 ton per hektar (Dinas Perikanan DIY, 2022), berkat kemampuan sistem ini dalam mendeteksi dini penyakit melalui sensor IoT yang memantau perubahan kualitas air serta menyediakan manajemen pakan yang lebih efisien dengan rekomendasi dosis pakan berbasis kondisi real-time tambak, sehingga mengurangi pemborosan hingga 20%.
Perkembangan lebih lanjut menunjukkan bahwa integrasi teknologi digital seperti JALA tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga mendorong keberlanjutan usaha tambak dengan meminimalkan risiko kerugian akibat faktor lingkungan dan human error, sekaligus mengoptimalkan biaya operasional melalui pemanfaatan data secara real-time.Â
 Peningkatan Pendapatan Petani Udang
Sebuah survei yang dilakukan oleh JALA pada tahun 2023 terhadap 500 petani udang di Yogyakarta mengungkapkan hasil yang menggembirakan bagi sektor akuakultur. Dalam kurun waktu satu tahun, para responden melaporkan peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 40%, didorong oleh penerapan teknologi dan praktik budidaya yang lebih efektif. Selain itu, biaya operasional turun 15% berkat efisiensi penggunaan pakan dan obat-obatan, yang berkontribusi pada peningkatan profitabilitas usaha tambak.
Peningkatan pendapatan ini tidak lepas dari adopsi solusi digital seperti monitoring kualitas air berbasis IoT, manajemen pakan yang presisi, dan penggunaan data analitik untuk memprediksi hasil panen. Sementara itu, penurunan biaya operasional dicapai melalui pengurangan limbah pakan, pemilihan obat-obatan yang lebih tepat, dan pengoptimalan siklus produksi.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa transformasi digital dan inovasi di sektor tambak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi para petambak, sekaligus meningkatkan keberlanjutan usaha. Ke depannya, JALA berkomitmen untuk terus mendukung petambak dengan solusi berbasis teknologi guna memaksimalkan produktivitas dan efisiensi.