Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengenal Secara Sederhana, Apa Itu Kebijakan Makroprudensial

28 Juni 2019   07:13 Diperbarui: 6 Maret 2020   20:13 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua pihak kaget, sehingga menyebabkan kepanikan dan bersifat sistemik atau merambat ke krisis bidang lainnya termasuk mengguncang geopolitik. "Bisa digambarkan, krisis ekonomi seperti peristiwa kecelakaan di jalan raya yang menyebabkan kemacetan di mana-mana," Juda mencontohkan.

Bank Indonesia melalui kebijakan makroprudensialnya mengawasi sistem lalu lintas secara keseluruhan supaya tetap berjalan teratur, tidak macet. Jika macet maka dibuatlah sejumlah kebijakan makroprudensial, jika pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi maka direm dengan pengetatan moneter melalui penaikan suku bunga acuan. Akibat langsungnya adalah permintaan kredit akan melambat. 

Langkah ini untuk menekan pertumbuhan yang bersifat konsumtif maupun yang ditopang oleh kredit perumahan dan kendaraan karena bisa mengancam stabilitas sistem keuangan jika tiba-tiba terjadi krisis keuangan. Jika yang terjadi sebaliknya, maka kebijakannya seperti yang saat ini dilakukan oleh BI terhadap perekonomian kita yang sedang lesu.  

 

Bagaimana jika terjadi kecelakaan? Maka BI dengan kebijakannya bersama Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Pinjaman berkoordinas supaya kemacetan akibat kecelakaan tersebut tidak sistemik, atau menyebabkan kemacetan di jalur jalan lainnya.

Sistem keuangan yang sehat, ibaratnya jalan harus bagus yakni aturan atau kebijakannya bagus, mobilnya (banknya) juga sehat, sopir mobilnya (pemimpin banknya) juga harus memiliki rekam jejak yang bersih. 


Semua elemen dari sistem keuangan ini diawasi secara ketat. "Ini kerjaannya OJK. Tidak hanya bank, tetapi lembaga pembiayaan lain termasuk arusansi," papar Juda.

Kebijakan makroprudensial ini senyatanya sangat sederhana. Karena krisis keuangan yang besar, yang melibatkan sebuah negara atau beberapa negara, sebenarnya dalam skala kecil juga bisa kita alami. 

Krisis keuangan terjadi di saat kita lengah dan tidak mempunyai cadangan dana. Untuk itu, kita diajarkan untuk tidak hidup foya-foya saat ada uang. Anak zaman sekarang mengistilahkannya, "Yuks kita ngedon," atau melakukan kesenangan dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Jika kita memiliki sifat makroprudensial, maka setiap kali kita mendapatkan gaji atau pendapatan maka uang itu tidak akan dihabiskan untuk konsumsi. Sebagai besar disisihkan untuk ditabung. Baru sisanya diatur untuk kebutuhan harian dan sebagian kecil lagi untuk ngedon.

Bagi yang memiliki usaha, seperti Nadine Chandrawinata yang juga hadir dalam acara ini, maka saat mendapatkan keuntungan harus ada yang dikembalikan menjadi modal atau dirubah dalam bentuk produk. Ini harus dilakukan untuk menjamin keberlanjutan usaha dan mempersiapkan diri jika situasi bisnis tidak bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun