Mohon tunggu...
Agung Setiawan
Agung Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Pengurus Yayasan Mahakarya Bumi Nusantara

Pribadi yang ingin memaknai hidup dan membagikannya. Bersama Yayasan MBN memberi edukasi penulisan dan wawasan kebangsaan. "To love another person, is to see the face of God." http://fransalchemist.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jejak Kemasyuran Indonesia dalam Fort San Pedro di Filipina

29 Agustus 2017   07:28 Diperbarui: 7 Maret 2020   23:26 3943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak banyak yang tertarik berwisata ke bangunan bersejarah. Kalau pun ada, mungkin kita lebih memilih untuk swafoto. Padahal bangunan bersejarah meninggalkan jejak yang mungkin terhubung dengan kehidupan kita, secara langsung maupun tidak langsung.

Saya tidak pernah membayangkan Fort San Pedro, benteng kuno di Cebu Filipina, ternyata memiliki kaitan sejarah dengan Indonesia. Benteng berbentuk segitiga tersebut, menjadi saksi bisu praktik globalisasi yang sudah terjadi sejak abad ke-15. Filipina bersama Indonesia menjadi persimpangan penting dalam arus globalisasi yang mempertemukan orang dari banyak bangsa dan melakukan pertukaran ekonomi dan budaya. Di sinilah, perjalanan laut dalam konteks globalisasi itu, dari sisi ilmu pengetahuan semakin ditegaskan bahwa bumi itu bulat bukan datar.

Kok bisa ada jejak Indonesia? Sejarah mencatat, salah satu perjalanan keliling dunia yang cukup terkenal adalah ekspedisi Spanyol yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan. Pada tanggal 10 Agustus 1519, Magellan memimpin perjalanan 5 kapal meninggalkan Sevilla menyusuri Sungai Guadalquivir menuju Sanlcar de Barrameda di muara sungai. Mereka tinggal di sana lebih dari lima minggu. Akhirnya mereka berlayar meninggalkan Spanyol pada 20 September 1519.

wikipedia (sutori.com)
wikipedia (sutori.com)
Salah satu tujuan misi Magellan adalah mencari Spice Islands atau pulau yang memiliki kekayaan rempah-rempah. Ia memilih rute Samudera Atlantik menuju Amerika Selatan. Dia sempat mendirikan pemukiman di Puerto San Julin, yang kini menjadi bagian dari Argentina. Setelah itu ia masuk ke Samudera Pasifik, yang mana ia mampir di Pulau Pukapuka yang menjadi bagian Kepulauan Cook dan Pulau Flint yang sekarang masuk negara Republik Kiribati.

Dan akhirnya pada pada tanggal 16 Maret 1521, Magellan tiba di Pulau Homonhon di Filipina. Sejarah mencatat, inilah kali pertama orang Eropa menjejakkan kakinya di Kepulauan Filipina. Magellan melanjutkan perjalanan ke Cebu dan sampai 7 April 1521. Ia disambut baik oleh penguasa Cebu, maka ia tidak berkeberatan untuk membantunya memerangi penguasa di Pulau Mactan. tanggal 27 April 1521 Magellan  berlayar ke Mactan. Sayang, mereka kalah dalam pertempuran dan Magellan meninggal dalam peristiwa tersebut.

Kisah ini bisa dibaca: Basilica del Santo Nino: Simbol Katolisitas dan Harapan Warga Filipina

Sepeninggal Magellan, kru kapal kehilangan daya. Di situlah muncul sosok Juan Sebastian Elcano. Ia menggantikan peran Magellan untuk pulang ke Spanyol. Uniknya, rute yang ia pilih berbeda saat berangkat. Ia bersama 2 kapal yang tersisa, Victoria dan Trinidad, menuju ke selatan dan sampailah mereka ke Tidore pada 6 November 1521. Inilah persinggungan pertama bangsa Eropa dengan Indonesia.  

Misi awal untuk mencari rempah mereka dapatkan di Indonesia. Mereka memenuhi kapal dengan cengkeh dan pala. Pada 18 Desember 1521 mereka pulang dengan singgah di Ambon dan Timor. Setelah itu mereka masuk ke Samudera Hindia menuju Samudera Atlantik. Pada 6 September 1522, selelah melalui banyak rintangan, mereka berlabuh di Spanyol dalam misi mengelilingi dunia yang terbukti bulat. Hanya 1 kapal yang berhasil kembali yakni Victoria, dan hanya 17 orang dari 240 orang.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Misi Magellan tidak gagal. Sebagai perintis, usahanya memantik perjalanan-perjalanan berikutnya. Orang Spanyol kedua yang diutus adalah Miguel Lopez de Legazpi. Ia tidak berangkat dari Spanyol tetapi dari Viceroyalty of New Spain atau sekarang dikenal Negara Mexico (kolonialisasi Spanyol terhadap benua Amerika), pada 1564. Legazpi bersama rombongan sampai di Cebu pada 27 April 1565. Belajar dari pengalaman pertama, mereka berhasil mendirikan koloni dan peradaban. Salah satu peninggalan yang masih bisa kita nikmati sampai sekarang adalah Basilica Del Santo Nio.

Peninggalan lainnya tidak lain adalah Fort San Pedro. Benteng yang telah mengalami beberapa kali pemugaran itu, diyakini mulai dibangun oleh Legazpi. Dari sisi militer, berdirinya Fort San Pedro menandai kolonialisasi bangsa Spanyol terhadap Filipina. Tidak berhenti di situ, Spanyol yang juga telah singgah di Tidore dalam perjalanan pertama, juga mendirikan benteng di Tidore yang periode pembangunannya sama dengan Fort San Pedro.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Benteng menjadi simbol kolonialisasi untuk menjaga setidaknya 3 aktivitas bangsa Spanyol, yakni Gold, Glory dan Gospel atau 3G. Gold berarti mencari kekayaan dan keuntungan melalui barang tambang entah itu emas, perak atau barang berharga lainnya termasuk hasil bumi. Khusus Indonesia, yang mereka incar adalah rempah-rempah yang melimpah di Maluku, Tidore dan Ternate. Glory artinya kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dan Gospel yakni menjalankan misi penyebaran agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun