Mohon tunggu...
Hustika U. Isa
Hustika U. Isa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo

Halo saya tikaa, mahasiswa dari jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Vibes Keluarga yang Berbeda dalam Menjalani Ramadhan Tanpa Bersama-sama

14 Maret 2024   16:15 Diperbarui: 14 Maret 2024   16:42 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kesepian merupakan emosi yang mungkin muncul ketika individu menghadapi situasi yang tidak diinginkan, seperti tidak ada keluarga yang bisa berkumpul untuk berbuka puasa bersama. Ini mungkin akan membuat individu merasa tidak diinginkan atau tidak disukai.

Nostalgia merupakan emosi yang mungkin muncul ketika individu berpikir tentang waktu yang sudah lalu, seperti waktu bersama keluarga yang sudah tidak ada lagi. Ini mungkin akan membuat individu merasa hancur hati atau merasa kehilangan.

Rasa kehilangan merupakan emosi yang mungkin muncul ketika individu merasa tidak memiliki keluarga yang bisa berkumpul untuk berbuka puasa bersama. Ini mungkin akan membuat individu merasa tidak terpantas atau tidak terkait dengan keluarga.

Situasi ini mungkin menjadi momen refleksi mendalam tentang pentingnya hubungan keluarga dan ikatan emosional. Ramadan adalah waktu untuk berdoa, berbuka puasa, dan berbagi kepada yang membutuhkan. Namun, ketika individu menjalani bulan Ramadan tanpa keluarga yang biasanya ada, mungkin akan menimbulkan berbagai emosi yang mungkin akan membuat individu merasa tidak diinginkan atau tidak disukai. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk menghadapi situasi ini dengan senang hati dan menjadi momen untuk berkembang dan memperkuat ikatan emosional dengan keluarga.

Penyesuaian Tradisi dan Kebiasaan. 

Tanpa kehadiran anggota keluarga tertentu, tradisi-tradisi dan kebiasaan Ramadan mungkin harus disesuaikan atau bahkan berubah. Hal ini dapat menyebabkan pengalaman Ramadan yang berbeda dari sebelumnya. Dalam situasi ini terdapat beberapa tradisi dan kebiasaan Ramadan yang mungkin harus disesuaikan atau berubah tanpa kehadiran anggota keluarga tertentu. 

Misalnya, salat tarawih dikerjakan setelah salat tarawih delapan rakaat selesai, dan jamaah tarawih dua puluh rakat bisa melanjutkan tarawih mereka. Di beberapa daerah, ada tradisi yang berbeda untuk menandai separuh akhir Ramadan, seperti bergantinya bacaan surah pada rakat pertama tarawih setelah bacaan. Berikut adalah perbedaan kebiasaan saat bulan Ramadhan tanpa Bersama keluarga:

Perbedaan Pertama, ialah sahur dan berbuka puasa. Di rumah kita tidak perlu berpikir ke mana-mana untuk menu hidangannya. Tinggal request saja ke koki rumah, yakni ibu. Di tanah Rantau, kita perlu berfikir dan berusaha untuk berbuka puasa dan sahur, entah memasak, membeli makanan di luar, ataupun mencari makanan gratis di masjid.
Perbedaan Kedua, ialah tidak adanya ibu yang masuk ke kamar, hanya untuk mengingatkan kita bahwa waktu sahur dan waktu berbuka puasa sudah tiba. Saat ini, kita hanya bergantung pada alarm yang kita atur sebelum pergi tidur, baik alarm secara harfiah maupun alarm teman kost.
Perbedaan ketiga, ialah keharusan untuk mengkoordir diri sendiri. Manajemen adalah salah satu dasar yang harus dikuasai diri sendiri, apalagi jika dengan kondisi kita yang sedang berada di tanah perantauan. Manajemen finansial, perilaku, dan kesadaran diri untuk beribadah merupakan pembelajaran yang harus kita dapatkan pada saat kita di perantauan.

Menggali Solusi Kreatif. Meskipun terpisah secara fisik, ada kesempatan untuk menemukan cara-cara kreatif untuk tetap terhubung dan merayakan ramadhan bersama keluarga meskipun jarak memisahkan, yaitu memanfaatkan teknologi pada saat ini seperti panggilan video, panggilan suara/telfon,  pertukaran pesan, atau menyeleggarakan acara virtual keluarga.
 
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ramadan merupakan bulan kesembilan dalam kalender Islam. Ramadan dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia dengan puasa dan memperingati turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW.  Bagi banyak orang, Ramadhan adalah waktu untuk berkumpul Bersama keluarga. Namun Ketika anggota keluarga tidak lagi Bersama-sama, entah karena jarak, perpisahan, atau perubahan keadaan, ini dapat mengubah dinamika dan suasana Ramadhan secara signifikan. 

Ramadan adalah hari-hari yang dianggap sebagai hari-hari khusus bagi muslim yang merupakan waktu untuk berdoa, berbuka puasa, dan berbagi kepada yang membutuhkan. Namun, ketika individu menjalani bulan Ramadan tanpa keluarga yang biasanya ada, mungkin akan menimbulkan berbagai emosi, seperti kesepian, nostalgia, atau rasa kehilangan.

Tanpa kehadiran anggota keluarga tertentu, tradisi-tradisi dan kebiasaan Ramadan mungkin harus disesuaikan atau bahkan berubah. Hal ini dapat menyebabkan pengalaman Ramadan yang berbeda dari sebelumnya. Meskipun terpisah secara fisik, ada kesempatan untuk menemukan cara-cara kreatif untuk tetap terhubung dan merayakan ramadhan bersama keluarga meskipun jarak memisahkan, yaitu memanfaatkan teknologi pada saat ini seperti panggilan video, panggilan suara/telfon,  pertukaran pesan, atau menyeleggarakan acara virtual keluarga.
 
REFERENSI
Mashur Alhabsy, S. M. (2023, Maret 25). Ramadan dalam Dimensi sosial. Retrieved from jaticentre.com: https://www.jaticentre.com
Ramadhan, M. (2022, April 19). Ramadan di Perantauan kali Pertama. Retrieved from kumparan.com: https://www.kumparan.com
Sendari, A. A. (2019, Mey 3). Pengertian Ramadan, Sejarah, dan aktivitas yang Memuliakannya. Retrieved from liputan6.com: https://www.liputan6.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun