Mohon tunggu...
Annisaa Pratiwi
Annisaa Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Change your thoughts and you change your world -Norman Vincent Peale

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perubahan Iklim dan Keamanan Internasional

26 Oktober 2021   11:32 Diperbarui: 26 Oktober 2021   11:43 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika berbicara mengenai keamanan internasional, tidak dapat dipungkiri bagi kebanyakan orang pasti akan berpikir bahwa isu keamanan akan membicarakan seputar negara dan hubungannya dengan negara lain. Hingga saat ini bahkan masih banyak dijumpai berita mengenai kekuatan militer suatu negara yang diprediksi dapat mengancam keamanan internasional. Salah satu contohnya ialah Korea Utara, bagaimana perkembangan program nuklir Korea Utara akan terus menjadi sorotan bagi dunia internasional. Peningkatan kapabilitas nuklir Korea Utara dan uji coba program nuklir yang dijalankannya memang tidak hanya meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea tetapi juga menjadi bentuk ancaman bagi keamanan internasional.

Meskipun pasca perang dingin konsep keamanan internasional mengalami perluasan, tampaknya pembahasan mengenai interstate relations lebih banyak diminati. Semasa perang dingin, dunia berada dalam kondisi bipolar. Persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah membuat dunia internasional dihadapkan oleh ancaman keamanan berupa perang nuklir, perang ideologi hingga krisis diplomasi. Pasca perang dingin keruntuhan Uni Soviet telah mengubah dunia ke dalam kondisi Uni polar. Sejak saat itu isu keamanan internasional tidak lagi berpusat terhadap keamanan negara (national security) melainkan menitikberatkan masalah-masalah keamanan manusia (human security).

Keamanan lingkungan sebagai satu dari tujuh dimensi penting dalam kajian keamanan manusia---tidak banyak mendapatkan sorotan dalam diskusi, padahal isu lingkungan merupakan topik yang penting sebagaimana manusia membutuhkan alam. Perubahan iklim merupakan salah satu bentuk ancaman dalam isu keamanan lingkungan yang patut dikhawatirkan. Meningkatnya curah hujan yang semakin intens dan lebih sering hingga menyebabkan banjir bandang, atau kekeringan yang menyebabkan menurunkan kualitas dan kuantitas air hingga menyebabkan gagal panen merupakan dampak perubahan iklim yang harus ditanggapi dengan serius. Perubahan iklim menjadi ancaman terbesar bagi keamanan internasional, namun sayangnya tidak banyak mendapatkan perhatian. 

Perubahan iklim sebagai ancaman terbesar bagi keamanan internasional

Jika suatu negara memiliki program nuklir yang membahayakan bagi keamanan internasional, penyelesaian dapat dilakukan melalui jalur diplomasi untuk bernegosiasi. Seperti halnya terbentuk six party talks sebagai upaya meredam kapabilitas nuklir Korea Utara yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan internasional. Namun perubahan iklim hingga menyebabkan bencana alam tidak akan bisa hindari. Ancaman terbesar bagi dunia internasional bukan datang dari satu atau dua negara, melainkan datang dari alam itu sendiri.

Perubahan iklim merupakan ancaman nyata yang harus dihadapi oleh dunia internasional. Dampak perubahan iklim akan jauh lebih buruk daripada penyakit katastropik seperti Covid yang saat ini masih dihadapi oleh berbagai belahan dunia. Berbagai dampak dari perubahan iklim sebenarnya sudah terjadi dan dapat kita rasakan hingga saat ini. Namun dampak yang kita rasakan akan semakin parah jika tidak segera diatasi dan ditindak lanjuti lebih serius. Memiliki skala yang sama dengan Covid, perubahan iklim akan mengancam berbagai belahan dunia tanpa terkecuali.

Sangat disayangkan, sikap ketidakpercayaan masyarakat dunia terhadap perubahan iklim sebagai ancaman nyata bagi keamanan internasional semakin memperburuk kondisi dunia. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa dunia pada dasarnya memiliki masa waktu, yang pada akhirnya akan mencapai batas waktu dan mengalami kehancuran. Kurangnya pemahaman mengenai perubahan iklim sepertinya menjadi penyebab utama sikap skeptis masyarakat. Terbentuknya Kyoto Protocol dan Bali Road Map merupakan bentuk tanggapan internasional dalam isu perubahan iklim. Namun terus meningkatnya ketinggian air laut serta suhu bumi menunjukkan peran pemerintah nasional dan komunitas internasional masih belum cukup jika tidak dibantu oleh kontribusi tiap individu.

Perubahan iklim sangat mengancam keamanan negara-negara karena menaiknya ketinggian air laut akan menyebabkan bergesernya batas daratan di daerah pesisir yang kemudian menenggelamkan sebagian daerah pesisir ataupun pemukiman di daerah pesisir. Beberapa negara yang memiliki pulau-pulau kecil pun dapat terancam kehilangan pulau-pulau yang dimilikinya karena perubahan iklim dapat menyebabkan tenggelamnya pulau tersebut. Tidak seperti Covid yang hanya membahayakan manusia, intensnya perubahan iklim berdampak kepada hewan maupun tumbuhan yang kemudian mengakibatkan kepunahan ekosistem. Perubahan iklim yang terjadi begitu cepat membuat hewan dan tumbuhan kesulitan beradaptasi yang kemudian berujung kepada kepunahan berbagai spesies.

Beberapa bukti perubahan iklim sebagai ancaman nyata sudah banyak terjadi dari yang hanya berupa hujan yang terjadi terus menerus hingga hujan ekstrem yang menelan korban jiwa. Pada bulan Juli lalu, perubahan iklim telah menyebabkan Jerman dilanda banjir bandang yang menewaskan banyak korban. Meskipun belum diketahui dengan pasti penyebab banjir tersebut, namun adanya perubahan pola hujan yang terjadi tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu penyebabnya. Semakin panas suhu bumi, maka akan semakin banyak air dapat diserap yang kemudian hujan yang turun akan semakin ekstrem yang apabila terus berlangsung maka banjir bandang tidak dapat dihindarkan. Hingga saat ini pun perubahan iklim yang menyebabkan banjir hingga menewaskan korban di berbagai negara terus terjadi.

Posisi Indonesia

Dilansir dari JakartaPost berdasarkan survei yang dilakukan oleh YouGov, Indonesia menempati kedudukan pertama di antara 23 negara lainnya sebagai negara yang memiliki persentase tertinggi terhadap penyangkalan perubahan iklim. Seperempat orang Indonesia mengatakan manusia bertanggung jawab atas perubahan iklim, sementara 29 persen percaya faktor lain juga berperan. 21 persen responden lainnya menjawab dengan mengatakan tidak tahu. Delapan persen orang Indonesia mengatakan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia adalah tipuan dan bagian dari teori konspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun