Mohon tunggu...
Tarsih Ekaputra
Tarsih Ekaputra Mohon Tunggu... Konsultan - PR Consultant & Komporis Bela Negara

Seorang yang selalu ingin belajar, saat ini sebagai Pemimpin Redaksi belaindonesiaku.id dan juga sebagai seorang Trainer untuk Public Relations, Seorang PR Consultant dan mengelola gerakan sosial Ayo BelaIndonesiaku dan Cangkrukan Bela Negara

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dari Sudut Profit dan Biaya, Bank BPD Kelompok Bank Paling Efisien

2 Mei 2013   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:16 3435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13674840591128621819

Bank Pembangunan Daerah (Bank BPD) hakikatnya merupakan kelompok bank yang paling efisien dari sudut profit maupun biaya berdasarkan kategori bank. Hal ini disampaikan oleh Dr Muazaroh SE MT, Dosen STIE Perbanas Surabaya, ketika memaparkan hasil penelitiannya dalam seminar yang bertema Model Pengukuran Kinerja Efisiensi Perbankan, di kantor Asosiasi Bank Pembangunan Daerah, (01/5/2013). Materi paparan Dr Muazaroh merupakan desertasi doktor di UGM, beberapa waktu lalu.

Seminar tersebut, dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan peningkatan wawasan bagi para pemegang keputusan di BPD seluruh Indonesia terkait untuk peningkatan daya saing perbankan Indonesia. Direktur Utama Bank BPD DIY, Supriyatno yang juga Bendahara Asbanda mengatakan bahwa penyelenggaraan seminar ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dan wawasan segenap pejabat di BPD seluruh Indonesia terkait pengukuran efisiensi dari perspektif akademis.

Dr Muazaroh SE MT mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan berdasarkan data sekunder laporan keuangan yang berasal dari Bank Indonesia dan purposive sampling pada bank umum yang tetap beroperasi periode 2005-2009. Berdasarkan pengelompokan kepemilikan bank yakni Bank Umum Milik Negara, Bank Swasta Devisa, Bank Swasta Non Devisa dan Bank , disimpulkan bahwa Bank Pembangunan Daerah (BPD) merupakan kelompok bank yang paling efisien dari sisi profit maupun biaya disamping Bank Asing yang memiliki nilai efisiensi tinggi karena telah memiliki keunggulan teknologi dan produk jasa yang kompetitif.

Dr Muazaroh merekomendasikan hasil penelitiannya bagi manajer Bank agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki kinerja efisiensi bank apabila skor efisiensi bank yang diperoleh masih belum efisien dan juga bagi Bank Indonesia agar dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan konsolidasi perbankan. "Penggabungan bank-bank kecil menjadi satu bank dapat meningkatkan efisiensi, namun bank besar hasil merger belum tentu lebih efisien," katanya.

Dari  penelitian  yang dilakukan  sejak tahun  2005 hingga  2009  Bank Sulselbar menempati peringkat nomor satu  berdasarkan rata-rata  efisiensi  profit  dengan SFA. (Stochastic Frontier Approach), disusul  Bank Jateng, Bank Jatim, BPD Sultra, Bank Kaltim, Bank Kalteng dan Bank Sumut. Sedangkan peringkat efisiensi profit dengan ROA urutan pertama ditempati oleh BPD Sultra dan disusul Bank Sulselbar, Bank NTT, BPD Bali, dan seterusnya.

Untuk  menigkatkan efisiensi  dan professionalitas dalam jangka  panjang  menurut  Bendahara  Asbanda yang  juga  Direktur Utama Bank BPD DIY  Supriyatno dalam kesempatan yang sama  bakal meningkatkan  teknologi  dan pengembangan SDM BPD yang dimiliki saat  ini dengan standarisasi.

“Dari sisi Teknologi, saat ini BPD-SI melalui Asbanda sedang mematangkan konsep BPD Net Online yang  ke depannya diharapkan mampu menyeragamkan kualitas dan system pelayanan yang ada di Bank Pembangunan Daerah seluruh Indonesia” jelas Supriyatno

Dalam  menjalankan tugasnya sebagai sebuah bank, menurut  Wakil Sekjen Asbanda yang juga Dirut Bank Sulselbar Ellong Tjandra , BPD memiliki  fungsi yang unik selain  menjalankan fungsinya  sebagai bank namun juga  menjadi agen perubahan di suatu daerah (Agent of Regional Development) yang tak dimiliki oleh bank selain BPD. “Ini adalah kontribusi terbesar BPD guna memajukan daerah-daerah di Indonesia,” tegas Ellong.

Sejalan dengan Ellong, Supriyatno menambahkan bahwa bentuk nyata dari kontribusi BPD ke daerahnya masing-masing dalam bentuk pengembalian laba BPD ke daerah sebesar 50% ditambah dengan dana cadangan umum dan dana pembangunan sebesar 10% jadi  yang didapat  Daerah kisarannya sampai 60 persen dari laba dan dana cadangan serta dana pembangunan BPD.

Lebih jauh baik Supriyatno maupun Ellong Tjandra berharap pengukuran efisiensi dengan model Stochastic Frontier Approach (SFA) hasil penelitian ini dapat dijadikan pelengkap sarana penilaian kinerja bank yang selama ini dilakukan sehingga memacu bank untuk semakin meningkatkan efisiensi baik dari sisi perbandingan dengan peer group maupun dengan sesama bank yang dinilai paling efisien.

Terkait  dengan kehadiran bank asing di Indonesia baik Supriyatno maupun Ellong  mengaku  BPD tidak khawatir dengan kehadiran  bank  tersebut, mengingat  bank asing tidak dapat beroperasi hingga tingkat kecamatan. Namun demikian BPD senantiasa melakukan ragam terobosan yang didukung dengan kebijakan-kebijakan strategis, seperti dicanangkannya BPD Regional Champion.

Pencanangan BPD Regional Champion (BRC) sebagai strategi mewujudkan BPD yang efisien menuju pertumbuhan merupakan roadmap BPD. BRC terdiri dari tiga pilar utama, yakni; Ketahanan Kelembagaan, Kemampuan untuk menjadi agent of development, dan Kemampuan untuk menghadirkan service excellent kepada masyarakat. Ketiga pilar tersebut berdiri di atas landasan yang kokoh, yaitu penerapan manajemen risiko yang sesuai best practices dan implementasi tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance. Bertolak dari visi BRC untuk menjadi bank terkemuka di daerah melalui produk dan layanan kompetitif dengan jaringan luas yang dikelola secara profesional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi regional.

BPD Regional Champion merupakan formula kreatif dan strategis sebagai bentuk nyata dari sebuah transformasi Bank Pembangunan Daerah seluruh Indonesia (BPD-SI) untuk menjadi bank terkemuka secara khusus di daerahnya masing-masing dan secara luas di ranah perbankan nasional dan bahkan ranah global. BRC juga menjadi dasar (Road Map) bagi BPD-SI dalam menjalankan peran dan fungsinya

sebagai Regional Agent of Development atau BPD sebagai garda terdepan pembangunan ekonomi daerah untuk mendukung program Pemerintah menciptakan lapangan kerja sehingga dapat menigkatkan taraf hidup masyarakat daerah yang secara kolektif akan menurunkan tingkat kemiskinan secara nasional dan meningkatkan kesejahteraaan bangsa.

Pencapaian BPD Regional Champion (BRC) tahun 2012 dalam hal Pencapaian Ketahanan Kelembagaan yang Kuat (Pilar pertama BRC) adalah saat ini 12 BPD telah memiliki modal inti Rp 1 triliun, 15 BPD telah memiliki CAR di atas 15%, 22 BPD telah memiliki ROA di atas 2,5%, 15 BPD telah memiliki BOPO di bawah 75%, 1 BPD telah berhasil mencapai NIM kurang dari 5,5%.

Pencapaian pilar kedua BRC terkait dengan Kemampuan sebagai Agent of Regional Development; 19 BPD sudah berhasil mencapai pertumbuhan kredit minimum 20%,  4 BPD berhasil mencapai proporsi kredit produktif min 40%. Penyaluran kredit masih didominasi kredit konsumsi sehingga belum optimal dalam mendorong sektor riil di daerah. Saat ini sebanyak 17 BPD telah berhasil mencapai LDR di atas 78% serta berhasil mencapai DPK di luar dana Pemda min 70%. Perkembangan linkage program sudah mulai meningkat (16 BPD sudah melakukan linkage program), dan 7 BPD sudah jadi APEX BPR.

Pencapaian pilar ketiga BRC dalam hal Kemampuan Melayani Kebutuhan Masyarakat; Sebagian besar BPD telah berupaya memperluas jaringan kantor maupun membuka kedai layanan kredit mikro. Sampai dengan Desember 2012 jumlah kantor layanan BPDSI sebanyak 3.872, dengan jumlah ATM sebanyak 3.037 mesin ATM. Selanjutnya pelaksanaan program peningkatan kualitas SDM dilakukan melakui pendidikan dan pelatihan oleh BPD, dilaksanakan baik secara internal maupun bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan Asbanda. Dalam rangka financial inclusion BPD juga telah meluncurkan produk TabunganKu, Tabungan Simpeda, Kartu Pegawai Elektronik (sekaligus ATM), Kredit Multiguna dan beberapa kredit unggulan lainnya. Dari sisi jaringan pelayanan, secara umum jaringan BPD berada di Kabupaten. Perluasan ke tingkat Kecamatan masih terus dilakukan untuk memberikan pelayanan yang seuas-luasnya bagi masyarakat, khsusnya untuk masyarakat di pedesaan. Beberapa BPD telah menjadi financial consultant bagi Pemda, mempersiapkan infrastruktur cash management system bagi Pemda.

Indikator keuangan utama BPD-SI dalam kurun waktu tahun 2008-2012, serta per-akhir 2012 seperti total aset, penyaluran kredit, penghimpunan DPK dan laba bersih juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat memuaskan. Dengan sinergi yang baik, kekuatan 26 BPD seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2012 dapat disejajarkan dengan 4 bank besar BPD menempati urutan ke-4 setelah seperti Mandiri, BRI, BCA dan kemudian BNI.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun