Mohon tunggu...
willy yudhistira
willy yudhistira Mohon Tunggu... -

hidup bukanlah suatu kebetulan, melainkan suatu anugerah yang harus disyukuri dan dijalani dengan bahagia..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Remaja “Kaleng Rombeng” dan Budaya Konsumerisme

4 September 2014   22:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:36 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock



  1. Pendahuluan

Apa yang mencirikan bahwa manusia itu ada?Rene Descartes yang dikenal sebagai bapak perintis filsafat modern berkata,”Cogito Ergo Sum” (Saya berpikir, maka Saya Ada). Namun jika pertanyaan ini dialamatkan pada remaja masa kini mungkin jawabannya adalah,”Emo Ergo Sum” (Saya Belanja, maka Saya Ada). Pembahasan ini saya awali dengan pengalaman saya pada Juli 2011 lalutatkala mengikuti acara Temu Kolese di SMA Seminari Mertoyudan yang mempertemukan sekolah-sekolah Kolese dari Jakarta, Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Dalam acara tersebut saya berkenalan dengan beberapa teman dari Jakarta yang bagi saya begitu menarik baik itu dari cara berpakaian, cara berbicara, dan juga gadget yang mereka bawa. Mereka kebanyakan mengenakan sepatu yang cukup tren macam Converse, Crocs, hingga Adidas. Tak hanya itu, saya juga melihat beberapa teman yang menjadi fotografer dalam acara tersebut rata-rata menggunakan kamera berjenis DSLR dengan merk ternama Nikon dan Canon. Tampaknya mereka begitu mengikuti perkembangan jaman dengan barang-barang baru yang katanya lagi ngetren itu. Sewaktu acara perpisahan, saya sempat terkejut ketika beberapa teman meminta Pin Blackberry pada saya padahal saya sendiri tidak mempunyai Blackberry. Saya pun hanya bisa menjawab,”Waduh, aku nggak punya Blackberry, sorry ya.” Dan mereka pun dengan sedikit bercanda berkata,”Hari gini nggak punya BB, ketinggalan jaman banget sih.”

Pengalaman yang saya alami ini membuat saya berpikir, apakah eksistensi dasar mereka membeli Blackberry, kamera DSLR atau sepatu Crocs yang harganya relatif mahal itu? Dibandingkan dengan kamera DSLR dan sepatu Crocs, teman-teman kolese yang notabene adalah remaja tadi rata-rata memiliki Blackberry, sebuah merk handphone yang saat ini sedang menjadi tren. Blackberry sendiri sejatinya sama fungsinya dengan handphone yang lain yakni sebagai alat komunikasi. Namun, belakangan ini Blackberry menjadi begitu populer hingga membuat para remaja ini rela menghabiskan uang banyakdemi membelinya. Sebelum presiden Amerika Serikat, Barack Obama meraih kursi kepresidenankarena berkampanye melalui Blackberry, mungkin hanya orang-orang kalangan menengah ke atas seperti pengusaha atau investor saja yang menggunakan Blackberry untuk memudahkan komunikasi di antara mereka. Namun kini, tidak hanya para pengusaha saja yang memiliki Blackberry, para remaja juga banyak yang sudah menggunakan Blackberry. Menurut hemat saya, mereka memiliki Blackberry bukan dari fungsionalnya saja namun karena “nama” Blackberry yang tengah ngetren saat ini. Singkatnya Blackberry tidak hanya sebagai alat komunikasi saja, melainkan sebagai identitas bagi mereka. Berangkat dari gejala ini, secara sadar atau tidak sadar para remaja telah masuk dalam budaya konsumerisme. Dan budaya konsumerisme itu telah memberikan identitas “kaleng rombeng” pada mereka. Pembahasan kita kali ini adalah tentang remaja”kaleng rombeng” dan budaya konsumerisme dengan pertanyaan dasar Bagaimana proses berkembangnya budaya konsumerisme? Mengapa remaja saat ini begitu mudah masuk dalam budaya konsumerisme? Dan mengapa mereka disebut remaja “kaleng rombeng”?



  1. Pembahasan



  1. Dari Memenuhi Kebutuhan ke Perilaku Konsumtif

    Sadar atau tidak kita adalah manusia yang terus memiliki kebutuhan. Kebutuhan itu dapat berupa makanan seperti nasi dan lauk pauk, dapat pula berupa pakaian dan celana, juga dapat berupa handphone dan alat tulis. Manusia membutuhkan sesuatu karena tanpa sesuatu itu ia merasa dirinya memiliki kekurangan sehingga dengan kebutuhan itu ia dapat mempertahankan hidupnya. Begitu pula dengan remaja, mereka juga memiliki kebutuhan hidup yang harus dipenuhi seperti alat tulis, seragam, sepatu, dan sebagainya. Berangkat dari kebutuhan yang dimiliki remaja itulah yang menempatkan mereka sebagai manusia ekonomi, yang terus memiliki kebutuhan.



    1. Pemenuhan Kebutuhan Manusia

      Secara prioritas, kebutuhan manusia dibagi menjadi dua yakni :



  1. Kebutuhan Primer.

    Kebutuhan ini sesuai dengan namanya (primer berarti pertama) adalah kebutuhan yang paling utama untuk dipenuhi. Kebutuhan primer antara lain makanan, pakaian, dan rumah. Dengan kata lain kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisiologis guna menunjang kelangsungan hidup. Artinya kebutuhan primer adalah kebutuhan paling mendasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun