Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengurai Mimpi Demokrasi pada Pemilu 1955

11 September 2018   22:05 Diperbarui: 11 September 2018   22:23 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang membedakan Pemilu 1955 dan tahun politik kali ini? Dimensi waktunya berbeda, situasi dan latar yang melingkupinya juga jelas berbeda, namun perilaku politik dari elit dan partai politik tidak pernah mengalami perubahan. Siasat demi siasat disusun hanya untuk memastikan kekuasaan. 

Pemilu 1955 tercatat sebagai pemilu terbaik serta aman dan damai, pemilu pertama diawal negeri ini berdiri, meski ada kekurangan disana-sini, tetapi ada ketulusan dan sikap atas kebersamaan pada pengalaman historis keterjajahan, membangun rasa kekitaan.

Jika kemudian ditanya secara reflektif paska 73 tahun kemerdekaan kali ini, dan kita berhadapan dengan periode pemilihan 2019, adakah nilai kekitaan? Atau hanya tinggal Anda dan Saya? Pada Pemilu 1955 kita perlu banyak berkaca, tentang wajah yang semakin menua tetapi tidak menghadirkan kearifan dan kebijaksanaan, karena syahwat kuasa selalu menggelora yang justru menghadirkan syak wasangka dan angkara. Mari kita bermenung, penderitaan justru kerap mempersatukan!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun