Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jadon Sancho, Lelucon Manchester United Era Ten Hag

9 Mei 2024   13:20 Diperbarui: 9 Mei 2024   13:22 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadon Sancho dan Erik Ten Hag (Goal.com)

Di sisi lain, sebagian pecinta sepak bola mungkin bisa menduga, jangan-jangan Dortmund memang menjual kemampuan Sancho secara terpisah, dan Manchester United lupa membelinya. Terbukti, seorang pemain yang dicap pesakitan di Liga Inggris justru mampu tampil lebih baik dari superstar macam Kylian Mbappe di semifinal Liga Champions, dan akan berduel dengan Real Madrid di Wembley.

Ironi yang ada makin sempurna, ketika melihat perbedaan situasi, antara Dortmund dengan United-nya Erik Ten Hag, khususnya setelah Sancho datang dan bermain sejak paruh kedua musim 2023-2024.

Di saat United terancam absen tampil di kompetisi antarklub Eropa musim 2024-2025, dan hanya bisa berharap pada keberuntungan, bahkan untuk sekadar lolos ke Liga Europa, Dortmund justru masih berpeluang meraih trofi dan tiket lolos otomatis ke Liga Champions. Dengan catatan, mereka mampu mengungguli Real Madrid di final.

Ini jelas sebuah perbedaan yang timpang, yang sekaligus menunjukkan seberapa toksik situasi di Manchester United, karena pemain yang dicap pesakitan saja bisa mencapai final kompetisi kasta tertinggi antarklub Eropa.

Di sini, Ten Hag boleh saja berkilah, inilah tujuan Sancho dipinjamkan. Masalahnya berhubung klub Bundesliga Jerman itu ingin menambah masa pinjaman (dengan opsi transfer permanen) eks pelatih FC Utrecht ini malah menunjukkan, kapabilitasnya sebagai pelatih masih medioker, karena tak mampu mengoptimalkan talenta besar di depan mata, tapi malah membeli mahal seorang pemain yang minim kontribusi.

Andai Sancho ternyata meraih trofi Liga Champions di Dortmund, mungkin dia akan menjadi pihak yang tertawa keras, karena bisa membungkam segala kritik, keraguan, dan cap flop dengan meraih trofi Si Kuping Besar.


Tawa Sancho bisa jadi akan semakin keras, andai Ten Hag tak lagi jadi pelatih Manchester United setelah musim 2023-2024 berakhir, karena "Tsunami Trofi" yang dulu digembar-gemborkan Manchunian ternyata hanya sebuah "Tsunami Komedi" dengan kisah Sancho sebagai satu lelucon mahal seharga partai final Liga Champions untuk Borussia Dortmund, dan performa medioker Manchester United sepanjang musim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun