Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Amien Rais Melanggengkan Eksistensi Dirinya

22 Agustus 2017   11:03 Diperbarui: 22 Agustus 2017   23:01 1575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais (sumber: http://www.viva.co.id/)

Energi Amien Rais untuk terus menyebar provokasi tetap stabil. Bahkan ada kecenderungan meningkat. Hampir tak ada hari yang tak diisinya dengan pernyataan-pernyataan provokasi. Sejak peringatan HUT Kemerdekaan NKRI ke-72, tanggal 17 Agustus 2017 ada setidaknya dua provokasi yang dilontarkannya kepada publik.

Perovokasi pertama, dan terbilang serius adalah penilaian miringnya tentang lima sila dalam Pancasila. Hal ini dikemukakan Amien dalam berpidatonya pada upacara bendera merah putih di Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta, tanggal 17 Agustus 2017 yang juga dihadiri oleh sahabatnya Prabowo Subianto.

Dikatakannya bahwa Pancasila sebagai state ideologi makin lama makin hampa. Bagi dia lima sila di dalam Pancasila telah mengalami pergeseran. Sila pertama, katanya dalam praktik telah mengedapankan uang. Ketuhanan Yang Maha Esa, berubah jadi keuangan Yang Maha Digdaya.

Menurutnya, unsur sila kedua tak terpenuhi lagi. Cuma, apa yang tak terpenuhi, tak dijelaskan Amien. Dia hanya bilang begitu saja. Perihal persatuan Indonesia dalam sila ketiga dinilainya juga bergeser. Yang dia lihat adalah politik adu domba bahkan ada upaya memecah belah Islam.

Pertanyaannya siapa yang melaksanakan politik adu domba dan yang mengupayakan memecah belah umat Islam? Ini juga tidak dijelaskan Amien. Tampaknya dia belum sadar-sadar juga bahwa pernyataannya itu bukan hanya memecah belah umat Islam, tetapi bangsa Indonesia.

Pasalnya, dengan pernyataan tersebut Amien tengah membangun sikap memusuhi pemerintah sebagai pengambil kebijakan atas kehidupan berbangsa dan bernegara. Dia menularkan pandangan miringnya ke otak publik yang tak tahu menahu asal muasal dan bukti pernyataannya itu agar bersikap seperti dia. Entah tak sadar atau memang sengaja karena seideologi, pernyataan itu juga menjadi tambahan gizi bagi HTI untuk terus memerjuangkan Khilafah Islamiyyah guna menumbangkan ideologi Pancasila.

Mengenai sila keempat, kerakyatan yang dijiwai musyawarah mufakat, Amien menilainya sudah ditinggalkan. Yang ada sekarang ini adalah adu kuat dan adu otot, adu keuangan, katanya lagi tanpa disertai bukti. Sementara sila kelima perihal keadilan sosial dinilai Amien tidak ada wujudnya dalam kehidupan berbangsa. Yang muncul justru kezaliman yang diarahkan kepada rakyat.

Amien sepertinya lupa bahwa demo 411 yang dipeloporinya bersama FPI, HTI, dan sejumlah tokoh intoleran tahun lalu merupakan bukti nyata sikap dan gerakan kezaliman, adu kuat, adu otot yang terang-terangan dipraktekkannya untuk menekan Presiden Jokowi dan Polri. Dengan menggiring peserta demo jutaan orang, Amien berhasil memaksa polisi menjadikan Ahok sebagai tersangka penista agama. Lewat ceramah-ceramah bernada hasutan di berbagai kesempatan, termasuk di mesjid-mesjid, ia juga berhasil menggiring para pemilih menjauhi Ahok pada saat Pilkada DKI pada 15 Februari dan19  April 2017.

Jadi apa yang dilakukan Amien mirip dengan ayam yang berkotek pertanda sudah bertelur, bukan?

Provokasi berikutnya dikemukakannya di sela-sela acara Rakernas PAN, Bandung, Jawa Barat, Senin 21 Agustus 2017. Dikatakannya, apa yang dikemukakan Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan dalam pidatonya yang menyindir tentang adanya suatu kelompok mendominasi klaim rasa cinta tanah air sudah tepat. Mengapa tepat? Karena menurut Amien "Merah putih itu sudah banyak koyak-koyak. Buktinya, kekayaan alam kita digotong keluar tanpa ampun, katanya. Lalu, merah putihnya di mana? tanyanya secara retorik.

Bukan itu saja. Mantan ketua MPR dan pensiunan dosen UGM ini juga membuat pernyataan yang memupuk rasa curiga, kebencian, dan permusuhan kepada orang atau kelompok tertentu. Dia bilang tanah, air dan udara yang seharusnya dikuasai oleh negara, tapi kenyataannya tidak demikian. Malahan telah beralih dan dikelola asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun