Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Alasan Tak Elegan Iringi Kader Demokrat Balik Arah

20 Mei 2019   13:37 Diperbarui: 20 Mei 2019   13:58 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ferdinand Hutahaean. Foto: KOMPAS.com/Abba Gabrillin

Dua kader teras Partai Demokrat menyatakan mundur dari kubu Prabowo Subianto -- Sandiaga Salahudin Uno. Hal yang lumrah dalam konteks dukung-mendukung proses politik. Menjadi tidak lazim justru karena alasan di baliknya.

Adalah Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean yang pertama menyatakan berhenti mendukung Prabowo -- Sandi, pasangan yang diusung Partai Demokrat di Pilpres 2019. Alasannya, Ferdinand tidak terima Ani Yudhoyono, istri Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dirundung (bully) di media sosial oleh pendukung capres 02.

Salah satu bullying yang membuat Ferdinand marah, mengolok-olok Ani Yudhoyono dengan menyebut pura-pura sakit. Padahal mantan first lady itu tengah menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit  di Singapura. Ferdinand meyakini olok-olokkan tersebut dilontarkan oleh buzzer kubu 02.    

Sikap Ferdinand diikuti Ketua DPP Partai Demokrat yang juga anggota Badan Pemenangan Prabowo Sandiaga, Jansen Sitindaon.  Jansen mengaku sudah tidak nyaman berada di kubu Prabowo -- Sandi setelah muncul twit yang meragukan sakit Ani Yudhoyono yang disebutnya berasal dari buzzer kubu 02.

Kita menghargai sikap Ferdinand dan Jansen. Tetapi alasan yang digunakan tidak elegan, terlebih jika melihat tajamnya serangan sejumlah kader Partai Demokrat ke kubu 02 yang notabene masih didukungnya.

Tentu tidak ada yang meragukan sakit Ani Yudhoyono. Mayoritas warga bangsa ikut merasakan sedih melihat foto-foto Ani Yudhoyono yang diunggah anak-menantunya di media sosial. Dalam konteks ini, rasanya hanya- meminjam istilah Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief, setan gundul yang tidak percaya Ani Yudhoyono sakit, atau menganggap pura-pura sakit.

Artinya twit para buzzer yang membawa sakit Ani Yudhoyono ke ranah politik, tidak akan memberi efek apa pun. Tidak akan ada yang percaya karena memang hoaks. Sebagai politisi muda yang wira-wiri di media, khususnya media online, Ferdinand dan Jansen tentu tahu hal itu.

Kedua, bagaimana Ferdinand dan Jansen tahu jika buzzer yang nge-twit sakit Ani Yudhoyono berasal dari kubu 02? Bagaimana cara membuktikannya?  Buzzer dalam pengertian umum adalah orang-orang yang mengendalikan akun-akun anonim, robot atau pun troll. Keberadaan mereka sulit diketahui kecuali setelah dilakukan pelacakan IP address dan hal ini membutuhkan keilmuan sendiri dan hanya aparat keamanan yang bisa sampai ke user karena terkait properti pribadi.

Ataukah Ferdinand dan Jansen memang sudah mengetahui atau mengenali akun-akun robot yang dikendalikan oleh buzzer tertentu mengingat keduanya tergabung dalam tim inti Prabowo -- Sandi? Jika demikian, yang dilakukan keduanya tak lebih dari menepuk air didulang.

Ketiga, sejak usai pencoblosan dan berdasar hasil quick count  pasangan Prabowo -- Sandi kalah, sejumlah kader Demokrat sudah menunjukkan sikap berseberangan dengan kubu 02. Salah satunya seperti yang dilakukan Andi Arief. Bahkan Komandan Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono sudah bertemu dengan petahana Presiden Joko Widodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun