Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Yang Lega dan Aman Seperti Ini, Emak Suka

24 Agustus 2017   20:55 Diperbarui: 25 Agustus 2017   16:58 4882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau saya lebih sering menggunakan motor kemana mana untuk alasan kepraktisan, tapi terkadang saya membutuhkan transportasi berupa mobil. Jumlah keluarga saya lima, kalau mau pergi berbarengan menuju satu tempat, nggak praktis kalau menggunakan motor karena motor hanya bisa dinaiki oleh dua orang dewasa.

Saya pernah mengalami kejadian ngeselin tapi lucu kalau diingat. Suatu hari saya, suami dan 3 orang anak saya yang sudah remaja, mau ke sebuah mall untuk makan bersama. Kala itu hari terakhir bulan Desember. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga kami jika menjelang tahun baru, maka kami akan makan bersama di restoran. Nggak harus restoran mahal, yang penting tempatnya nyaman, makanannya enak dan harganya murah.

Jadilah hari itu kami putuskan buat pergi ke mal Gandaria City, untuk makan sekalian menikmati suasana mal yang biasanya ramai menjelang tahun baru. Karena ada dua motor nangkring di rumah, maka saya dan suami membonceng masing-masing anak kedua dan anak ketiga, sementara anak sulung menggunakan ojek online. Meski dua anak saya sudah berusia 17 tahun tapi saya belum mengajari mereka mengendarai motor.

si putih (dok.yayat)
si putih (dok.yayat)
Jadilah kami berangkat setelah si sulung membonceng sebuah ojek online. Jalan raya menuju lokasi macet sekali. Kan susah untuk tetap beriringan di kala macet. Jadilah saya dengan motor suami dan motor ojek online yang ditumpangi anak sulung saya. Saya tiba lebih dulu di mal Gandaria City, anak bungsu dan bapaknya menyusul kemudian. Kami menunggu si sulung di lobby.

Tunggu punya tunggu ternyata si sulung nggak juga datang. Saya telpon tapi telponnya nggak diangkat. Mulailah saya khawatir. Si sulung sudah beberapa kali ke mal ini maka mestinya sih nggak nyasar, tapi kok nggak datang-datang. Empat puluh menit kemudian si sulung menghubungi dan memberi tahu bahwa ia diturunkan di pintu masuk yang jaraknya jauh dari lobby tempat saya menunggu.

Mal memang bisa punya lebih dari 1 pintu masuk, tapi kalo mal nya besar seperti Gandaria City ini maka jarak satu pintu masuk ke pintu yang lain kan jauh juga. Si sulung ini anaknya nggak sabaran, seperti saya. Maka kondisi ini bikin dia misuh-misuh. Begitu ketemu dengannya saya tanya kok bisa turun di pintu yang berbeda dengan yang kami sepakati. Ternyata driver ojek online nya mencari jalan berbeda buat menghindari macet. Tapi.. tetep kena macet dan akhirnya malah muter-muter.

Akhirnya 40 menit terbuang percuma, mestinya kan kami sudah duduk manis di restoran menyatap makanan. Tujuan naik motor itu salah satunya adalah biar kami cepet sampai tujuan tapi malah jadi ribet. Tapi pas makan, si sulung nggak misuh-misuh lagi sih, wong perutnya kenyang hehhehe.

baris kedua (dok.yayat)
baris kedua (dok.yayat)
Sebenernya ada alasan lain kenapa kami lebih sering menggunakan motor kemana-mana walau pergi berbarengan. Anak saya yang kedua dan ketiga males naik taksi karena sumpekdan baunya sering tidak enak. Iya sekarang banyak taksi online, tapi terkadang juga ada taksi online yang kondisi dalemnya sama kayak taksi konvensional yang sumpek dan berbau. Kalau kabin mobil diisi berlima plus 1 sopir, sumpeknya makin terasa deh.

Faktor sumpek ini yang bikin saya sangat memilih jenis mobil yang dipakai kalo mudik. Saya tak akan menyewa mobil yang kabinnya sumpek. Rute mudik saya itu jauh.. ke Jogja. Pernah karena dapet mobil dengan harga sewa yang murah (mobil temen), saya pakai saya walau saya tau kondisi di dalam akan sumpek diisi keluarga 5 orang plus barang-barang bawaan. Saya pikir nggak apa apa lah wong mobilnya terawat. Ternyata sepanjang jalan anak bungsu saya pusing dan tidak nyaman. Merasa bersalah deh saya.

Maka ketika saya datang ke GIIAS pada tanggal 17 Agustus lalu, saya terpesona melihat mobil produksi Wuling Motor, Confero S namanya. Wuling Motor adalah produsen mobil yang berasal dari Tiongkok. Ia baru saja masuk ke Indonesia. Meski di Indonesia ia merupakan produsen baru, tapi di negara asalnya Wuling Motor telah menjual mobil sebanyak 2 juta buah. Wow...

bagasi (dok.yayat)
bagasi (dok.yayat)
Pasar mobil di Indonesia sangat besar. Mobil baru dan mobil bekas selalu dicari orang. Tiap tahun ada saja ATPM yang menjual mobil dengan tipe baru dan selalu laku. Namun bagi para produsen mobil, harus menjual mobil yang punya keunggulan lebih dari mobil lainnya. Mobil yang punya fitur lebih unggul punya kesempatan lebih besar buat laku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun