Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Si Hitam Manis Pemikat Hati

29 Maret 2019   23:56 Diperbarui: 30 Maret 2019   00:03 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mana ada si Hitam bisa memikat hati? Biasanya sih diabaikan. Apalagi yang hitam itu wajah atau kulit tubuh. Pasti banyak yang tidak menyukainya. Benarkah? Buktinya banyak orang berusaha dengan berbagai cara agar wajah tampak putih. Namun, kali ini si Hitam Manis selalu dinanti kedatangannya dan diburu orang.  Siapa ya?. Ya...si Hitam Manis kereta api itulah yang memikat hati.

Ahad, 25 Maret 2019 saya ngebolang bersama teman ke Museum Kereta Api Ambarawa.  Untuk kesekian kalinya berkunjung ke berbagai objek wisata untuk berburu cerita yang _terupdate_agar lebih nyata. Semoga bisa membawa manfaat dalam dunia literasi. 

Walaupun setiap hari melewati objek ini, sejak dipugar ya baru kali ini saya bisa ke objek wisata yang merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Semarang. Kalau hari libur objek ini amat ramai. Sejumlah bus hampir memenuhi tempat parkir yang berada di sisi kiri. 

Foto : Koleksi pribadi
Foto : Koleksi pribadi

Tulisan besar kuning tampak jelas pada pintu masuk museum kereta api Ambarawa dengan nama yang lebih keren Indonesian Railway Museum. Kami bertiga langsung masuk menuju tempat penjualan karcis. Sebuah ruangan baru berkaca putih berdiri seorang wanita cantik berkerudung kuning. Dengan senyum manis menyambut para pemburu wisata dengan ramah. 


Hanya dengan membayar sepuluh ribu per- orang kami bisa masuk ke objek. Setelah karcis dicek dengan mesin oleh seorang lelaki muda berseragam, kami masuk lokasi objek.

Berbeda dengan sebelumnya, awal masuk objek ada sebuah lorong panjang yang lumayan luas berlantai keramik putih dan coklat.  Sisi kanan dinding dipajang berbagai sejarah perkeretaapian. Hemm... asyik. Tempatnya bersih, lebih rapi dibandingkan dengan sebelumnya. Di sebelah kiri berjajar si hitam manis yang khusus dua  lokomotif khusus  untuk menampung air.

Foto : Koleksi pribadi
Foto : Koleksi pribadi

Kami bertiga langsung masuk menuju museum yang berada pada bangunan artistik bercorak merah bata dan putih. Bangunan kuno yang masih kokoh dengan ketinggian lebih dari pada bangunan rumah biasa. Konon di  situlah dulu para penumpang KA membeli karcis.  

Ruang belakang ada  tempat menyimpan  peninggalan sejarah berupa mesin ketik, alat cap kuno, topi para pegawai KA. Semua ada dalam kotak berkaca. Sebuah meja kayu panjang utuh dengan beberapa kursi berada di tengah ruangan.

Foto : Koleksi pribadi
Foto : Koleksi pribadi
Suasana sore itu masih cukup ramai. Sayang hari itu kereta api uap yang biasanya beroperasi untuk mengangkut penumpang sudah tidak aktif, mungkin sudah sore. Biasanya ada untuk jurusan ke Tuntang dengan memesan karcis secara online terlebih dulu dengan harga lima puluh ribu. Asyik lho naik kereta lori ini. Kita bisa melihat pemandangan indah, juga akan tampak gunung Merbabu,  Rawa Pening yang terkenal dengan legenda Baru Klintingnya.

Foto : Koleksi pribadi
Foto : Koleksi pribadi

Akhirnya kami melihat- lihat lokomotif kuno yang dipajang di sekitar area. Beberapa berjajar berdiri kokoh di tengah-tengah area wisata. Gerbong kayu pun bisa kita naiki untuk sekadar ambil gambar. Bagaimana sejarah singkat museum KA Ambarawa?

Berdasarkan beberapa referensi, Kota Ambarawa merupakan salah satu kota yang tergolong dalam fase 1 pembangunan jalur kereta api oleh Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dengan lebar rel sebesar 1.435 mm. 

Bangunan awal Stasiun Ambarawa berbahan kayu hingga pada tahun 1907 mengalami renovasi bangunan yang berbahan beton.  Setelah Indonesia merdeka stasiun Ambarawa ini melakukan perjalanan kereta api yang menghubungkan Ambarawa -- Secang -- Magelang, Ambarawa -- Parakan -- Temanggung, Ambarawa - Kedung Jati - Semarang. Hingga akhirnya rute perjalanan kereta api tersebut ditutup.

Setelah Jalur perjalanan kereta api ditutup, pada 8 April 1976 Gubenur Jawa Tengah Supardjo Rustam bersama dengan Kepala PJKA Ekploitasi (saat ini Daerah Operasi) Soeharso memutuskan untuk membuat Stasiun Ambarawa menjadi Museum Kereta api dengan mengumpulkan 21 lokomotif yang pernah andil dalam pertempuran.

PT. Kereta Api Indonesia pada Tahun 2012 melakukan revitalisasi berupa renovasi bangunan dan penataan koleksi di Museum Ambarawa, Stasiun Tuntang, Stasiun Jambu, serta Stasiun Bedono yang kemudian berganti nama menjadi Indonesian Railway Museum.

Nama baru ini adalah salah satu wujud semangat perubahan Museum Kereta Api Indonesia dengan melakukan penyempurnaan fasilitas dan penataan koleksi  agar lebih menarik.

Pada Oktober 2014 Museum Kereta Api dibuka dan penataan museum tahap 1 selesai. Keindahan museum ini terpancar dari arsitektur bangunan yang khas dan koleksi lokomotif uap serta diesel dan koleksi benda terkait dengan operasional kereta api. Selain melihat kereta api dan sejarahnya pengunjung museum juga akan dapat melihat pemandangan pegunungan yang memukau. Kita akan  berada  di Indonesia Railway Museum.

Foto : Koleksi pribadi
Foto : Koleksi pribadi

Sayangnya di objek wisata ini tidak ada tempat khusus untuk bisa membeli cendera mata seperti dulu. Dulu ada rumah khusus yang berada di sebelah selatan. Saat ini bila ingin membeli cendera mata, kita bisa membeli di penjual yang  ada di luar area dengan pembatas  kawat. 

Aneka jajanan juga ada. Jika ingin makan, ya keluar area sebelah utara ada warung makan yang tidak terlalu banyak. Namun, di balik kekurangan museum ini tetap memikat hati.

Foto : Koleksi pribadi
Foto : Koleksi pribadi

Senja pun tiba, usai mengambil gambar di beberapa tempat, kami pulang untuk mengisi perut di area Pangsar Jenderal Sudirman. Sejuta cerita tersimpan di hati.

Ambarawa, 27 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun