Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Puasa Ramadhan Menjadi Ritual Tahunan

30 Juni 2016   11:01 Diperbarui: 30 Juni 2016   11:04 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah hampir sebulan umat islam melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan. Sudah ratusan rakaat sholat tarawih yang sudah dikerjakan. Belum lagi witir dan qiyamul lailnya. Sudah ratusan, bahkan ribuan kali ayat-ayat Allah SWT dibacakan setiap malam dan siang hari. Baik seorang diri maupun bersama-sama. Sudah ratusan ribu  uang yang dibelanjakan untuk memberikan takjil kepada orang-orang yang berbuka puasa, baik di masjid maupun di pinggir jalan.

Secara khusus, Allah SWT memberikan pahala berlipat bagi umat islam yang mengerjakan kebaikan pada bulan suci Ramadhan. Khsusu masalah puasa, Allah SWT secara khusus mengatakan “saya sendiri yang membalasnya”. Betapa istimewanya ibadah yang namanya puasa Ramadhan. Sedangkan masalah berbuka puasa, Allah SWT menjanjikan pahala yang melimpah bagi orang yang berbagi. Pahalanya, sama persis dengan orang yang sedang menikmati buka puasa. Ini sangat keren banget.

Belum lagi masalah kitab suci Al-Quran. Rosulullah secara terperinci menegaskan bahwa setiap satu huruf al-Quran nilainya sepuluh. Bayangkan, berapa banyak pahala orang-orang yang telah menghatamkan Al-Quran setiap minggu sekali. Tidak terhitung jumlahnya. Tidak ada ibadah yang lebih istimewa melebihi pahala membaca Al-Quran di bulan Ramadhan, khususnya ketika membaca Al-Quran bertepatan dengan malam Lailatul Qodar yang kebaikanya lebih baik dari seribu bulan.

Mereka yang akan mendapatkan pahala, yaitu orang-orang yang melaksanakan puasa atas dasar “iman” dan “ihtisaban”. Artinya, yakin dengan hati, bahwa semua itu anjuran dan tuntunan Rosulullah SAW, sekaligus tidak mengharapkan balasan, kecuali ihlas karena Allah SWT. Barangkali merekah yang sesungguhnya orang-orang yang mendapatkan balasan  yang sepadan dari Allah SWT.

Ada yang menarik untuk dicermati dan menjadi renungan bersama. Rajin puasa, sholat malam dan witir, juga sedekah Ramadhan (zakat), bahkan membaca Al-Quran setiap malam (tadarusan). Tetapi, kenapa tidak ada perubahan yang signifikan terhadap prilaku, tabiat, tutur, dan juga masalah ibadahnya kok belum berubah menjadi meningkat. Bahkan, sholat lima waktu kadang belum mau berjamaah setiap saat. Pribadi masih angkuh dan kadang masih merasa lebih baik dari orang lain. Padahal, puasa selama sebulan Ramadhan itu bisa melahirkan kesalehan sosial.

Di dalam ajaran islam, setiap ibadah yang dilaksanakan tidak lepas dari sosial. Mestinya, puasa itu melahirkan orang-orang yang memiliki kepekaan sosial yang amat tinggi kepada sesama. Orang-orang yang ber-iman dan melaksanakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh karena Allah SWT, mereka akan menjadi orang-orang yang bertaqwa.Orang yang bertaqwa itu sifatnya sebagai berikut “

Orang yang bertawa itu artinya“ (Yaitu)orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit (menjadi insan yang dermawan) dan orang-orang yang menahan amarahnya (menjadi insan yang sabar) dan memaafkan (kesalahan) orang (menjadi insan yang pemaaf), Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS Ali  Imran (3:134).

Orang yang bertaqwa itu artinya“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imron (3: 135)

Orang yang bertaqwa itu “mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imron(3:136)

Kriteria yang disebutkan di dalam Al-Quran (QS Ali Imran (3:133), dermawan, tidak mudah marah, pemaaf, merupakan watak Rosulullah SAW. Itulah kriteria orang-orang yang benar-benar melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya. Jika seseorang sudah melaksanakan puas selama sebulan penuh, tetapi masih pelit (bakhil/peritungan), masih suka marah-marah terhadap orang (pemarah), atau masih tidak mau memaafkan kesalahan rekan-rekannya, maka puasa itu hanyalah rutinitas dan ritual tahunan. Dengan kata lain, puasa itu sekedar mengugurkan kewajiban, bukan karena Allah SWT.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun