Mohon tunggu...
Abdul Wakhid
Abdul Wakhid Mohon Tunggu... Guru - Alhamdulillah

Penulis lepas tinggal di Boja Kendal Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaksimalkan Pendidikan Keluarga Saat Stay at Home

28 Maret 2020   10:44 Diperbarui: 28 Maret 2020   10:53 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penyebaran virus corona (Covid-19) semakin meluas, sehingga pemerintah membuat kebijakan sosial distancing. Bahkan beberapa daerah sudah ada yang mengumumkan kapan akan lockdown. Lalu bagaimana dengan nasib pendidikan di tengah covid-19?

Mendikbud Nadiem Makarim mengeluarkan Surat Edaran yang di teken pada tanggal 24 Maret 2020 bernomor 4 tahun 2020. Diantara SE ini berisi tentang bagaimana memprioritaskan kesehatan para siswa, guru dan seluruh warga sekolah, termasuk keputusan membatalkan ujian nasional (UN) 2020.

Peran  keluarga dalam pendidikan

Salah satu himbauan dalam Surat Edaran tersebut ada poin belajar dirumah. Nah Inilah kesempatan baik yang bisa dimanfaatkan oleh keluarga untuk memaksimalkan peran khususnya dalam mendidik dan mengawasi anak-anak mereka. Kebijakan stay at home mau tidak mau mengharuskan sedikit banyak peran sekolah (sementara) akan tergantikan oleh keluarga. Terutama dalam membantu dan mendampingi anak-anak mereka dalam mengerjakan beberapa tugas sekolah.

Kalau sebelumnya sebagian  keluarga (baca: orang tua) abai terhadap perkembangan pendidikan anak, artinya pasrah semua pada sekolah. Saat seperti inilah kita para orang tua akan bisa merasakan betapa beratnya mengasuh, mendidik, membimbing sekaligus mengawasi anak-anak, yang nota bene selama ini sebagian tugas itu dibebankan dipundak guru atau sekolah.

Peran pendidikan keluarga sebetulnya tidak bisa dianggap sepele, dimana setiap saat sebetulnya anak telah mendapat pendidikan tidak langsung dari keluarganya melalui internalisasi nilai-nilai yang diterapkan dalam keluarga, orang tua kadang tidak sadar apa yang diperbuat akan menjadi contoh konkrit yang akan menjadi bagian dari karakter anak. Oleh karena itu dengan stay at home keluarga bisa mengambil peran yang maksimal terlibat dalam proses pendidikan secara komprehensif.

Ada jadwal terprogram oleh keluarga

Lalu bagaimana agar pendidikan keluarga lebih efektif saat stay at home ?, di sinilah perlunya ada jadwal yang terprogram dalam keluarga selama anak menjalani belajar di rumah dari bangun tidur sampai mau tidur. Ini penting karena target-target yang dibebankan anak bisa diukur ketercapaiannya, dengan catatan kegiatan anak dirumah terukur dan tidak memberatkan dan menambah stres anak.

Bisa dimaklumi kadang beberapa orang tua mungkin karena keterbatasannya akan memberikan tekanan-tekanan kepada anak untuk menyelesaikan tugas dari sekolah maupun tugas rumah, begitupun sebaliknya ada juga orang tua Karena over protective terhadap anak semua tugas justru sebagian besar orang tua yang mengerjakannya. Oleh karena itu disinilah kita para keluarga untuk bisa menempatkan diri secara proposional dalam mendidik secara langsung di rumah. Sebagai kontrolnya adalah program atau jadwal itu terlaksana apa tidak.

Pantau semua aktifitas anak

Kebersamaan dan keakraban dalam keluarga akan sangat efektif untuk membangun komunikasi antar anggota keluarga, dengan semangat mengemban misi membangun keluarga yang berkualitas orang tua harus lebih optimal dalam pemantauan keseharian anak-anak mereka. Semisal dalam hal beribadah mumpung anak-anak full di rumah orang tua tidak ada salahnya untuk mengecek atau bahkan mengetes kemampuan dan pemahaman mereka terhadap kegiatan ibadah sehari-hari, mungkin bagi yang muslim bolehlah dicek kemampuan anak membaca al qur'an, kemampuan melafalkan bacaan sholat dan sekaligus konsistensi mereka dalam menjalankannya.

  • Pemanfaatan gadget selama stay at home tentunya juga menjadi fenomena yang tidak bisa dipisahkan dengan anak-anak kita. Maka perlulah orang tua sebisa mungkin tidak gagap terhadap teknologi, bukan hanya dapat membelikan anak-anak dengan gadget yang mahal tapi lalai dengan apa yang anak mereka lakukan. Perlu keterbukaan antara anak dengan orang tua tentang konten-konten apa yang mereka selancari di media sosial. Setelah orang tua mengetahui hal-hal asing (baca: tidak pantas ) yang di bisa diakses oleh anak dimanapun dan kapanpun kadang orang tua hanya tercengan dan menyesal. Inilah mengapa  sebagian sekolah melarang siswanya membawa gadget, karena lebih ingin melindungi diri anak atau siswa, meskipun ada juga manfaat yang akan mereka peroleh. Disinilah dibutuhkan kepiwaian orang tua untuk menghadapi fenomena anak zaman now yang menghabiskan waktu mereka dengan jari-jarinya di layar gadget.

Kendala-kendala

  • Harus kita maklumi pendidikan saat stay at home dengan pembelajaran daring memang mempunyai pola yang berbeda dengan anak berada di sekolah, pasti ada beberapa kendala yang dihadapi:
  • Tidak semua anak mempunyai gadget di rumah, mungkin sengaja orang tua tidak membelikannya (untuk menjaga anak dari akses buruk), sehingga saat ada tugas-tugas dari sekolah harus menungu gadget milik orang tuanya.
  • Harus ada biaya ekstra untuk dapat mengakses internet.
  • Tidak semua wilayah mempunyai kemudahan dalam mengakses internet.
  • Keterbatasan anak dalam memperoleh akses mencari sumber belajar (karena larangan keluar rumah)
  • Keterbatasan kemampuan orang tua dalam ikut menyelesaikan tugas-tugas siswa/anak.
  • Hasil kurang maksimal untuk mencapai ketuntasan dalam belajar.

Solusi 

Kebijakan ini adalah bagian dari efek domino adanya kondisi saat ini, dan dirasa memang yang paling tepat, karena menyelamatkan nyawa manusia (siswa, guru dan warga sekolah lainnya) adalah lebih penting, apapun alasannya ini adalah keniscayaan yang harus diterima sebagai konsekuensi, dan tidak boleh menyalahkan keadaan tetapi dengan kondisi saat ini harus pandai-pandai mencari solusi yang tepat dan terarah sehingga fungsi penting dari  pendidikan tidak kehilangan makna dan merugikan khususnya bagi anak-anak. Maka dari itu peran Pendidikan Keluarga bisa lebih aktif, partisipatif, kolaboratif dengan sekolah, dengan semangat mencerdaskan dan membekali anak-anak kita yang nota bene adalah amanat dari Allah swt.

Dalam konteks ini peran pendidikan keluarga  dari segi akhlak melalui teladan-teladan keseharian yang baik di rumah harus di bangun bersama dan orang tua menjadi pionernya. Dari sisi akademik dibangun komunikasi yang konstruktif dengan sekolah atau pihak-pihak yang kompeten. Selamat berjuang jangan menyerah mengantarkan anak-anak mendapatkan ilmu yang manfaat bukan hanya sekedar mereka mendapatkan selembar ijazah, semoga. (pakdoel)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun