Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ustad Juga Perlu Kehidupan Mewah

23 Agustus 2013   11:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:56 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_282865" align="aligncenter" width="476" caption="Usatad Solmed Dalam Satu Acara (Fhoto Kapanlagi,com)"][/caption]

Seorang ustad bukan lah malaikat, tapi mereka adalah manusia biasa yang juga perlu makan. Maka wajar saja jika seorang ustad dalam memberikan tausiah nya kepada ummad mengharapkan sebuah imbalan, ataukah itu uang atau sejenisnya yang dapat di pergunakan untuk keperluan rumah tangganya.

Kisruh tentang adanya ustad yang mematok harga ketika dia di undang untuk memberikan ceramah agamanya, hal ini sebenarnya tidak perlu untuk di persoalkan, karena itu adalah dalam batas kewajaran sekalipun harga yang di pasang nya cukup tinggi. Seperti yang di hebohkan tentang tarif yang di pasang oleh Ustad Solmed yang katanya beliau di undang untuk memberikan tausiah ke Hongkong dengan memasang tarif serbesar Rp 150.000.000,-

Jika persoalan ini benar, salahkan jika seorang ustad memasang tarif cukup tinggi jika diundang dalam memberikan ceramah agama ?, tentu jawabnya tidak. Karena apa?, karena seorang ustad bukan lah malaikat yang tidak perlu makan dan segala pasilitas, Tapi ustad adalah seorang manusia, yang perlu untuk makan dan perlu fasilitas duniawi. Seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Muhammad SAW “ Kejar duniamu seakan akan kamu hidup untuk selama selamanya, tapi jangan lupa akhiratmu seolah olah bahwa kamu mati besok hari “.

Lantas kenapa kita sibuk dan mempersoalkan jika ada seorang ustad kondang yang memasang tarif cukup besar jika ia di undang untuk memberikan tausiah? Kenapa kita tidak mempersoalkan jika kita mengundang artis untuk menghibur di acara perhelatan di mana si artis memasang tarif juga cukup tinggi sampai ratusan juta rupiah. H. Oma Irama saja di undang untuk menghibur pada acara perhelatan memasang tarif ratusan juta rupiah. Oma Irama berdakwah melalui lagu lagunya, sedangkan ustad berdakwah melalui tausiah tausiah yang di berikan nya. Kenapa kita harus membedakannya?

Kita tidak pernah protes ketika artis memasang tarif cukup tinggi, sementara apa yang di sampaikan nya melalui lagu lagu nya belum tentu dapat merobah prilaku manusia, malah sebaliknya penampilan artis yang di undang dengan bayaran yang cukup tinggi itu bisa merobah moral manusia dari yang baik menjadi kearah yang jelek. Tapi kita tidak pernah protes. Tapi kenapa ketika seorang ustad memberikan tarif yang cukup tinggi ketika dia di undang untuk memberikan tausiahnya, yang jelas jelas apa yang di sampaikan nya merupakan siraman rohani kepada setiap manusia kita protes.

Apakah harga seorang ustad lebih rendah dari harga seorang artis? Tentu kita tidak berpikiran seperti itu. Tapi kenyataannya yang terjadi di tengah tengah kehidupan manusia adalah seperti itu. Kita lebih mengelu ngelukan seorang artis dari pada seorang ustad. Pada dahal artis belum tentu dapat merobah moral seseorang dari yang buruk untuk menjadi yang baik. Malah terkadang penampilan seorang artis di atas panggung dapat menjadikan moral seseorang yang telah jelek bertambah jelek.

[caption id="attachment_282867" align="aligncenter" width="476" caption="20 Tahun Konser Aqnes Monica (Fhoto Kapanlagi.com)"]

13772304502091062044
13772304502091062044
[/caption]

Tapi seorang ustad sudah pasti dapat merobah mental dan moral seseorang dari yang jelek menjadi yang baik, karena apa yang di sampaikan nya dalam tausiah nya berpegang kepada ajaran agama yang menyeru kebaikan. Seorang penjahat, perampok, pembunuh, penjinah, korupsi dan lain sebagainya akan dapat menjadi baik kitika mereka mendengarkan tausiah yang di sampaikan oleh seorang ustad. Karena apa yang di sampaikan seorang ustad adalah persoalan kehidupan dan kematian, tentang pahala dan dosa. Hukuman

Sebut saja seperti Anton Medan, Jefri Al-Bukhori Alm dan sederet nama lainnya, yang sebelumnya berkecimpung dalam dunia hitam, dapat berobah menjadi seorang ustad, ketika mereka mendengarkan tausiah tausiah seorang ustad di dalam penjara. Nah apakah seorang artis yang melakukan jingkrak jingkrak dan goyangan maut ketika di undang ke dalam penjara untuk meng hibur bisa merobah mereka menjadi ustad. Tentu tidak, malah moral mereka yang menonton sang artis itu bisa bertambah bobrok. Lalu kenapa keta sibuk membicarakan ketika seorang ustad memasang tarif tinggi ketika mereka di undang untuk memberikan tausiah ?

Kita sering terjerumus kepada eforia yang salah. Kita bangga jika melihat kehidupan seorang artis yang glamaor, mewah dengan rumah yang dibangun dengan biaya Miliyaran Rupiah, sementara kita mencela jika ada kehidpan ustad yang mewah dengan rumah yang aduhai yang biaya pembangunan nya puluhan miliyaran rupiah.

Malahkita bangga jika melihat kehidupan seorang ustad yang sederhana, yang tinggal di rumah kumuh, yang makan nya hanya satu hari satu kali. Seharusnya tidak eforia seperti ini yang kita pertontonkan. Kita seharusnya bangga jika melihat seorang ustad yang kehidupan nya mewah, dengan rumah mewah lengkap dengan fasilitasnya, tak kalah dengan kemewahan yang di miliki seorang artis, tapi sang ustad tetap tawaduk, dan sederhana dalam penampilannya. Seharusnya kita berpikir, kalau bukan kita sebagai ummad yang membanggakan seorang ustad, siapa lagi?

Kita juga tidak menginginkan ustad kita di pandang rendah dan hina oleh orang yang tidak se aqidah dengan kita akibatkehidupannya yang naib, Islam tidak menganjurkan agar ummad nya memiskinkah diri. Karena kemiskinan dapat membuat kekufuran, Tapi Islam menganjurkan ummad nya agar dapat hidup mewah Karena kata Rasul memberi lebih mulia dari pada menerima. Tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah. Hanya saja Islam menganjurkan “ Jika tangan kanan memberi tangan kiri tidak boleh tahu “ artinya janganlah memberi karena bersifat ria.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun