" Tidak tuan mandor".
" Jadi sampean masuk kedalam partai mana?".
" Tidak ada tuan mandor , saya tidak masuk dipartai manapun tuan mandor".
" Kenapa?".
" Saya tidak tahu semua itu tuan mandor, yang tahu saya hanyalah bekerja tuan mandor ". Mandor Sarmin terdiam, walaupun Nafisah tidak masuk kedalam salah satu Partai yang ada diperkebunan, tapi mandor Sarmin tidak berani lagi bersikap kasar dan kurang ajar kepada Nafisah. Mandor Sarmin menduga duga bahwa dibelakang Nafisah adalah mandor besar Bambang. Karena bisik bisik para kuli yang tertangkap telinganya, bahwa mandor besar Bambang pernah membawa Nafisah menginap dirumah penginapan di kota. Jika Nafisah mengadukan perbuatannya kepada mandor besar Bambang, maka dengan mudahnya mandor besar Bambang akan menekannya. Perhitugan itulah yang membuat mandor Sarmin merobah sikapnya kepada Nafisah. (Bersambung...)
Cerita yang dikemas dalam bentuk novel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka. Jika ada nama dan tempat, serta kejadian yang sama, atau mirip terulas dalam novel ini. Itu hanyalah secara kebetulan saja. (Mohon Izin Bapak Adin Umar Lubis, Fhoto anda di Blogspot.com saya jadikan sebagai Beugrond dalam novel ini)
 Asahan, September  2017