Mohon tunggu...
Wanti tri
Wanti tri Mohon Tunggu... Freelancer - Penata huruf

Penata huruf

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuban, Kota Krisis Identitas Diri

25 Februari 2020   09:23 Diperbarui: 25 Februari 2020   16:24 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BUMI WALI atau KOTA TOAK?

Pertanyaan seperti itu sudah saya dengar ratusan kali dari teman-teman saya yang berasal dari luar kota Tuban, tapi ya masih saja saya belum menemukan jawaban yang tepat.

Kalau saya bilang Kota Toak nanti saya sama hanya tidak menghargai usaha keras pak BUPATI dua ronde eh maksudnya dua periode yang dari awal kepemimpinannya sudah dengan gencarnya merubah label dari sebutan kota Toak menjadi Bumi Wali.

Kalau saya menjawab Tuban sebagai Bumi Wali nanti saya sama halnya tidak menghargai  para leluhur orang Tuban pribumi yang dulu susah payah menemukan, memanjat, meramu lalu mendistribusikan hingga mengenalkan Toak  sebagai minuman khas Tuban dan melekat menjadi iconic Tuban.  

Kebetulan saya ini pribumi Tuban. Kalau orang Tuban menyebutnya "Wong Tuban Tus" yang artinya Akta Kelahiran, KTP, SIM, dan tetek bengek urusan surat menyurat semua tertulis kelahiran Tuban. Dari kota haram menjadi kota halal.

Ya kan sampean tahu toak memabukkan dan minuman memabukkan itu diharamkan. Sampai menjadi Bumi Wali yang terdengar sangat khusyuk.

Saya tidak pernah meninggalkan Tuban dalam waktu yang lama. Jadi ya saya tahu sedikit banyak perkembangan di Tuban meskipun tidak mendetail dan terperinci dengan data yang njelimet.

Ditambah lagi tempat tinggal saya dari lahir sampai umur dua puluhan ini berada tepat di tengah kota, di kawasan terpadat Kota Tuban. Dengan jalur-jalur yang mengarah ke jantung Kota Tuban dan juga lintasan para peziarah wali terbesar di Tuban Raden Maulana Makdum Ibrahim atau para peziarah menyebutnya Sunan Bonang. Kalau orang Tuban sendiri kebanyakan menyebutnya Mbah Mbonang.

Sebenarnya kembali lagi menjawab pertanyaan di atas, pengamatan saya dari kecil tinggal di jantung Kota Tuban, para peziarah dalam maupun luar Kota Tuban sebenarnya sudah memadati makam wali-wali di Tuban khususnya makam Sunan Bonang, jauh sebelum brand Bumi Wali itu dilekatkan.

Sepanjang jalan AKBP Suroko-KH.Mustain sudah beriringan para peziarah jalan kaki dari parkiran bus Sunan Bonang sampai pada makam Sunan Bonang itu sendiri.

Jauh sebelum setiap sudut Kota Tuban dipasang tulisan"TUBAN BUMI WALI"  yang menyala terang setiap malam yang menarik pandangan siapa saja setiap kali memasuki Kota Tuban sambil mbatin "Iyo iyo BUMI WALI".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun