"Kamu hanya kecapekan. Setelah sarapan, kamu pasti membaik." hiburku. Aku menggantikan Indri? Seperti mimpi. Aku belum sehebat dia. Tetapi, memang aku memiliki firasat, ada yang tak menyukai tim. Sehingga berusaha mencelakai Indri.
Firasatku benar. Indri terjatuh di tangga saat hendak menuju ke ruang presentasi. Kakinya keseleo. Katanya sakit sekali. Teman-teman yang lain berusaha membantu, memijat kakinya semampunya. Tetapi Indri tetap mengeluh sakit.
"Gwen, kamu andalan kita. Tetaplah maju menggantikan posisiku. Aku tak ingin mengecewakan tim kita, karena telah berjuang keras demi mendapatkan proyek ini. Bukankah ini yang kita mau, pekerjaan yang kita impikan. Menjadi tim solid dekorasi." Sedangkan teman lainnya mengarahkan pandangan hanya tertuju kepadaku, untuk meminta kesediaanku agar mau menggantikan posisi Indri.
Aku terhenyak. Aku memang menguasai materi, tetapi untuk maju ke depan untuk presentasi, aku merasa demam panggung.
"Gwen, ayolah. Kamu pasti bisa, aku percaya padamu!" Aduh, mengapa harus aku yang maju? Ada Jovi dan Naura. Tetapi kepandaian mereka masih dibawahku. Yah... Akhirnya aku bersedia.
"Baiklah, tetapi, please, doakan aku ya, aku demam panggung." Indri memberikan semangat untuk kemudian di antar Odi ke tukang urut.Â
***
Selama presentasi, aku berusaha semaksimal mungkin, semampu aku. Aku membendung rasa demam panggungku dengan bersiul kecil. Kemudian menarik nafas panjang. "Aku harus bisa!" seruku dalam hati. Ada kekuatan lebih saat terjepit, seperti saat ini. Akhirnya presentasi berjalan lancar dan tak ada halangan apapun. Tinggal menunggu keputusan dari para tim penilai. Semoga bisa lolos seleksi dan bisa mendapatkan pekerjaan ini. Beban yang kutanggung sungguh berat, karena menyangkut teman lainnya.
Saat selesai, aku melihat seorang lelaki yang sedari tadi terus memperhatikanku. Dari sejak awal mulai presentasi, ia terus mengamati. Siapakah dirinya? Agak mencurigakan, karena berbaju hitam dan wajahnya dingin.
"Naura, kamu lihat laki-laki itu?"
"Yang mana?"