Mohon tunggu...
Novia Khairani
Novia Khairani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis Adalah Warisan

27 Juli 2017   15:45 Diperbarui: 27 Juli 2017   15:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari SMP saya sudah mulai senang menulis, memang benar kalo ada istilah yang bilang, "Kalau kita sering kumpul sama orang yang berjualan parfum, kita pasti akan ikutan wangi nya juga." kira-kira seperti itulah yang saya rasakan pertama kali mulai menyukai dunia tulis menulis. 

Waktu SMP, teman saya yang bernama Nanda memamerkan cerpen yang di tulis sendiri kepada saya, dan meminta saya untuk membaca, dan memberi tanggapan. Bagus atau tidak. Karena pada masa itu komputer dan sejenis nya masih tergolong barang langka dan mewah, di tambah pada tahun 2000an social media belum semenjamur sekarang, Nanda benar-benar menulis sendiri dengan tangan cerpennya tersebut pada sebuah buku tulis. Bisa dibayangkan betapa pegel nya dia menulis cerita itu. Hahaaha. 

Tapi karena dia lah saya jadi punya keinginan buat menulis juga. Saya mengikuti jejak nya menulis cerpen sendiri di buku. Dan kegiatan tulis menulis saya terus berlanjut sampai kuliah. Pada saat kuliah saya berhasil menulis cerita novel 100 halaman HVS dan sudah di print siap untuk di kirimkan ke penerbit. Namun disitulah bodohnya saya. Saya tidak mengirimkannya. Hanya karena perkataan seorang teman yang menurut nya jalan cerita saya tidak relevan, terlalu mengada-ngada, dan kekuatan karakter nya kurang. Itulah kelemahan saya. Saya langsung merasa down saat itu. Saat itu saya berpikir, "kalo dia aja yang gak ngerti-ngerti banget soal tulisan bilang novel gue gak menarik, gimana kalo penerbit yang baca. Ah, udahlah gak usah di kirim dari pada bikin malu aja!"

Betapa bodoh nya saya waktu itu. kalopun penerbit tidak menyukai karya saya, toh dia juga gak bakalan ngapa-ngapain saya, saya juga gak bakalan malu, karena novel saya itu cuma akan berakhir di tong sampah, bukan untuk di pamerkan dan di caci maki. Kenapa gak saya kirim aja novel saya waktu itu, mungkin penilaian penerbit berbeda dengan penialian teman saya itu. Ah. seandainya saja saya bukan orang yang lemah pada saat itu. 

Semenjak saat itu saya sudah tidak pernah menulis lagi, sampai suatu ketika seseorang bertanya : "Vi, mimpi lo apa sih?". 

Damn! saya baru menyadari. Ternyata saya gak punya mimpi. Gak punya ambisi. Dan itu gak baik. Setiap orang harus punya mimpi dan tujuan hidup yang harus dia kejar. Agar hidupnya jadi lebih bergairah. Kemudian saya berpikir, sampai detik ini saya masih mencintai dunia tulis menulis, Mama saya sering bilang : "Nak, mulai lah menulis lagi, kirimkan cerita via itu ke penerbit, biarkan orang lain baca. Kita gak ada yang tau, siapa tau akan berhasil. Siapa tau akan di terbitkan, bahkan di filmkan. Jangan menyerah dan putus asa. Gagal  sekali, bukan berarti akan gagal seterusnya. "

Dari situ saya mulai bersemangat lagi. Saya mulai menulis lagi. Dan mulai berani untuk menyebarkan dan membiarkan orang lain membaca tulisan saya. Beberapa waktu yang lalu, saya memulai untuk memberanikan diri mengikuti lomba menulis cerpen, dan ternyata gagal. Merasa down lagi pada waktu itu. Namun, mama saya selalu bilang, jangan pernah menyerah. Tetap usaha menulis. Kita gak akan pernah tau usaha mana yang akan berhasil. Tapi menyerah bukan pilihan. Semangat saya mulai berkobar lagi. Dan saya mulai menulis lagi, belajar lebih banyak lagi. dan disinilah saya. Mencoba untuk perlahan meraih mimpi. Saya percaya, jika saya benar-benar bersungguh-sungguh, maka Tuhan dan semesta akan berkonspirasi untuk membantu saya mewujudkannya :) . 

Untuk orang yang bukan terlahir dari keluarga kaya yang banyak warisan seperti saya, sebuah karya tulis, dalam bentuk novel adalah warisan yang menjanjikan untuk keluarga dan anak cucu saya kelak. Seperti apa yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer : ".. Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin,akan abadi,sampai jauh. Jauh dikemudian hari.."

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun