Mohon tunggu...
Inovasi

The Survival, Plant Cells Have Been Through a Lot of Obstacles

25 Agustus 2017   19:47 Diperbarui: 25 Agustus 2017   20:21 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya, ada banyak sekali faktor mengapa sel tumbuhan dapat bertahan hidup lebih lama dari sel hewan. Yang pertama, saya melihat dari sudut pandang organel sel. Kita sudah tahu bahwa sel tumbuhan memiliki dinding sel, sementara sel hewan tidak punya. Mula-mula sel tumbuhan muda membentuk dinding sel primer yang lentur dan biasanya relatif tipis, kemudian membentuk pectin. Setelah sel tumbuhan dewasa, sel akan membentuk dinding sel sekunder. Dinding sel sekunder terbuat dari bahan selulosa yang kaku diantara membrane plasma dan dinding primer. Sudah dijelaskan di atas, bahwa salah satu fungsi dinding sel adalah melindungi sel, itu artinya apabila ada ancaman dari luar, organel organel sel di dalam sel tumbuhan dapat terlindungi dari ancaman, sementara pada sel hewan, besar kemungkinan apabila ancaman dari luar tersebut langsung mengenai membran sel, dan bisa saja di dalamnya langsung rusak, padahal banyak organel organel penting di dalamnya, maka dari itu sel hewan tidak akan bertahan lebih lama dari sel tumbuhan akibat ketiadaan dinding sel. Nah, dinding sel ini juga yang memberi bentuk sel, sel yang berbentuk (contoh pada sel tumbuhan umumnya kotak) biasanya akan lebih kaku dan kuat, serta tahan terhadap serangan/ancaman dari luar, sementara sel hewan tidak berbentuk atau bahkan bisa saja berbentuk macam-macam, akibat tidak ada pondasi yang membentuk membran sel, sehingga kurang kaku, dan rentan terhadap ancaman.
Faktor yang kedua yaitu berdasarkan vakuolanya, sel tumbuhan memiliki vakuola yang lebih besar dibandingkan dengan sel hewan. Fungsi vakuola antara lain adalah menyerap air sehingga sel menjadi lebih besar, dengan begitu sel tumbuhan yang lebih besar ini bisa lebih menahan serangan atau ancaman dari luar, kemudian vakuola menyimpan senyawa beracun dan aroma tidak sedap, tentu saja hal ini dapat melindungi sel tumbuhan dari serangan luar. Karena, jika kita berpikir secara logis, bau yang tak sedap ini tidak akan menarik perhatian dari kontak luar sehingga tetap akan aman, dan apabila terjadi kontak luar atau serangan, vakuola yang besar dapat mengeluarkan senyawa beracun yang dapat "mengusir" gangguan apapun dari luar atau bahkan melumpuhkan musuh. Maka dari itu, fungsi ini disebut sebagai fungsi mempertahankan diri. Dengan begitu, sel yang memiliki vakuola lebih besar yaitu sel tumbuhan, bisa bertahan hidup lebih lama dengan menyimpan senyawa beracun, aroma tak sedap, serta memperbesar sel dengan cara menyerap air.

Faktor yang ketiga adalah sel hewan memiliki lisosom. Ya, jika kita lihat dari fungsinya, lisosom berperan pada fagositosis, yang dapat menelan bakteri atau kuman penyakit lainnya. Namun, tidak kita lupakan juga bahwa lisosom yang hanya dimiliki sel hewan memiliki sifat autolisis. Perlu kita ketahui, bahwa sifat autolisis adalah sistem perusakan sel sendiri dengan cara membebaskan semua isi lisosom. Karena fungsi autolisis ini, sel hewan saat sudah mati merusak sel sendiri, karena memiliki lisosom, sementara sel tumbuhan tidak memiliki lisosom, sehingga dia tidak memiliki sifat autolisis, maka pada saat mati, selnya tetap masih ada, hanya kosong saja. Maka dari itu, faktor ini semakin mendukung bahwa sel tumbuhan dapat bertahan lebih lama daripada sel hewan.

Kemudian, faktor yang keempat kita lihat dari fakta yang sudah ada, contohnya saja hingga sekarang, ditemukan lebih banyak tanaman purba daripada hewan purba. Kita lihat Bab Paku pada kelas X salah satuya. Disitu, terdapat 4 jenis paku purba, diantaranya ada Pteridopsida atau paku sejati (contoh spesiesnya yaitu paku tanduk rusa, dan suplir). Nah, kedua tanaman ini masih sering kita temukan hingga sekarang, dan jumlahnya masih banyak, ditambah dengan daun semanggi, yang sering juga kita buat sayur. Kemudian ada Lycopsida, Spenopsida, dan Psilopsida, dan sebagian besar masih banyak yang belum terungkap spesiesya. Memang mereka tidak ditemukan di keadaan lingkungan pada umumnya, karena kebanyakan paku purba hidup di daerah subtropis, namun tetap saja faktanya masih banyak tumbuhan purba daripada hewan purba. Hingga sekarang, hanya sedikit hewan purba, kebanyakan juga ditemukan di laut pedalaman seperti Dunkleosteus, bahkan Mammoth juga sudah punah. Fakta ini memperkuat opini saya juga.

Faktor yang kelima dan terakhir, saya akan menghubungkan dengan transportasi membran sel. Transportasi membran sel dibagi menjadi dua yaitu aktif dan pasif. Kita akan bahas yang pasif saja. Pada transport pasif, dibagi menjadi dua lagi, yaitu difusi dan osmosis. Difusi adalah perpindahan air dari pekat ke encer (perpindahan konsentrasi tinggi), sementara osmosis adalah perpindahan air dari encer ke pekat melalui membran semipermeable. Pada proses osmosis, jika kondisi lingkungan pekat atau hipertonik, maka akan banyak air yang keluar dari sel, sehingga sel hewan akan mengalami  krenasi atau pengkerutan, dan sel tumbuhan akan mengalami plasmolisis atau membran selnya terkelupas, sehingga tidak ada perlindungan lagi pada sel tumbuhan (karena lepas dari dinding sel). Kemudian, jika kondisi lingkungan tidak pekat atau hipotonik, maka karena terlalu banyak menyerap air, maka sel hewan akan mengalami hemolysis atau menjadi pecah, sementara sel tumbuhan akan mengalami penegangan atau turgid, namun perlu diketahui bahwa sel tumbuhan tidak akan pecah karena dia akan membesar namun hanya sebatas dinding sel. Dinding sel inilah yang menahan sel tumbuhan agar tidak pecah. Lagi-lagi, kita menghubungkannya dengan dinding sel, sehingga benar adanya bahwa faktor yang pertama tadi sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup tumbuhan. Sehingga faktor yang terakhir ini mendukung pendapat saya, bahwa sel tumbuhan dapat bertahan hidup lebih lama daripada sel hewan.

Di paragraf yang terakhir ini, saya ingin menyimpulkan, bahwa berdasarkan teori-teori di atas, juga pendapat saya yang didukung oleh faktor-faktor, serta fakta yang kita lihat, maka "Saya setuju bahwa sel tumbuhan dapat bertahan hidup lebih lama daripada sel hewan." Memang ada beberapa kelemahan pada kedua sel, namun lebih banyak fakta yang mendorong opini saya, dan hanya sedikit fakta yang kita lihat "membela" sel hewan. Dari alasan-alasan itulah saya bisa memutuskan mana yang dapat hidup lebih lama. Tidak menutup kemungkinan juga, bahwa ada beberapa spesies hewan yang selnya dapat bertahan hidup lebih lama dari tumbuhan, namun sekali lagi, rata-rata sel tumbuhan lah yang lebih kuat, sehingga banyak tanaman purba yang masih ada hingga sekarang. Akhir kata,  saya mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah membaca dan memahami artikel saya. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Dan semoga bisa membantu kalian semua. Terima kasih. Magis !

Ad Maiorem Dei Gloriam


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun