Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Narasi "Joy", Pergulatan "Single Mom", dan Kemenangan Matriarki

22 Desember 2017   12:25 Diperbarui: 22 Desember 2017   16:52 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jennifer Lawrance sebagai Joy | Daily Mail

***

Cerita Joy atau bagaimana "kuasa matriarki bekerja mencapai kesuksesan" sejatinya mewakili semangat zaman. Yakni tentang kemunculan perempuan-perempuan inovatif, berjiwa usaha tinggi dan menjadi berpengaruh dalam dunia bisnis. Perempuan seperti Joy yang memulai dengan menemukan produk rumah tangga yang dekat dengan hidup sehari-hari perempuan. Produk yang ramah lingkungan domestik.

Cerita seperti ini mengingatkan pada perempuan bernama Neha Juneja (29 tahun). Juneja adalah pendiri dari Greenway Grameen Infra's Smart Stove. Kisah sukses Neha dimulai dari penemuan kompor masak. 

Mengutip laman yourstory.com, penemuan ini dihadapkan dengan fakta di India, 850 juta orang memasak dengan bahan bakar biomassa padat, seperti kayu bakar, kotoran sapi dan limbah pertanian dengan pembakaran terbuka atau kompor lumpur tradisional yang sangat tidak efisien.

Praktik seperti ini, menurut The Indian National Initiative for Advanced Biomass Cookstoves, menyumbang lebih dari empat persen gas rumah kaca. Faktanya, polusi udara dari rumah tangga adalah pembunuh terbesar kedua di India yang menghasilkan 1,04 juta kematian prematur langsung pada tahun 2010.

Neha Juneja menemukan kompor yang membantu menghemat bahan bakar hingga 70 %, mengurangi emisi berbahaya (sekitar 5,2 ton CO2 per kompor) dan mengurangi waktu memasak perempuan. Kompor masak yang dibuatnya juga berkarakter portable. Dengan bahasa lain, penemuannya memindahkan praktik tradisional keluarga pedesaan. Menghindarkan dari polusi udara rumah tangga yang mematikan dan ikut berkontribusi dalam usaha menekan laju emisi. 

Laman theguardian.com menceritakan, jika kesuksesan Juneja dicapai dengan prinsip sederhana yakni menghabiskan waktu dengan perempuan pedesaan untuk mempelajari kebutuhan-kebutuhan mereka secara langsung. Hasilnya adalah produk yang tidak berkinerja efisien di laboratorium namun sangat sesuai dengan praktik memasak lokal. Dia juga menunjukkan menjadi wanita yang menjual produk yang diranccang untuk sesama wanita dapat menjadi keuntungan yang positif--persis cerita si Joy!

Joy memang bukan kisah Erin Brockovich (2000) yang dibintangi oleh Julia Roberts. Film yang berakar dari kisah nyata seorang singlemother melawan perusahaan Pacific Gas and Electric Company. Atau, dalam kamus Social Movement, Erin adalah narasi kaum perempuan melawan kejahatan kapitalisme energi. Namun Joy, dalam tampilan "yang lebih liberal", tetaplah narasi perempuan yang lebih berani menghadapi situasi-situasi terpuruk dengan nyali menyala-nyala. Sekaligus seorang ibu yang menempuh segala macam resiko demi menolak "terlahir sebagai budak".

Kuasa matriarki yang diperankannya adalah realisasi cintanya pada keluarga, perlawanan terhadap kemiskinan, dan kepercayaan diri yang kuat akan mimpi-mimpinya sekaligus menghalau jejak traumatik dari kegagalan-kegagalan sebelumnya. Dan kita tahu, Joy hanyalah secuil narasi dari lebih banyak riwayat luar biasa perempuan yang memilih menjadi single mom namun tak terceritakan. Kisah mereka seperti membenarkan peringatan Fernando Pessoa di atas. 

Kalau elu gak berani sendiri, lu bakal terlahir sebagai budak!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun