Mohon tunggu...
Severus Trianto
Severus Trianto Mohon Tunggu... Dosen - Mari membaca agar kita dapat menafsirkan dunia (W. Tukhul)

mengembalikan kata pada dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jokowi-Prabowo Sedang Berbalas Nyubit

22 April 2019   14:28 Diperbarui: 22 April 2019   14:34 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Apakah Jokowi-Ma'ruf tidak yakin bahwa 01 ini menang?"ujar Asrul. Maka setelah berkumpul di Restoran Plataran sehari setelah pencoblosan, Jokowi akhirnya menanggapi keunggulannya...

Tapi untuk apa dikilik wong hasil quick count sudah keluar dan biasanya hasil ini tidak menyimpang jauh dari penghitungan final KPU? Untuk apa masih harus mengobarkan semangat lagi? Nah, ini dia.

Kata kunci politik itu adalah kompromi. Dengan perang deklrasi, sebenarnya kedua kubu saling mengirim kode, mengirim pesan. Kan gak asik kalau Prabowo misalnya, dikutip oleh media menelpon ke Jokowi dan mengatakan, "Jangan ambil semuanya dong dik Jokowi. Biar kalah begini, aku ikut andil loh dalam menyemarakkan pesta demokrasi NKRI.." Tidak. Bukan begitu caranya. 

Kalau gak nyubit gak asik

Deklarasi kemenangan, ketidakpercayaan pada lembaga survei dan quick count, sebenarnya kode atau bahasa politik yang kalau ditafsirkan kurang lebih berbunyi demikian: yuk kita ketemuan, saling bicara untuk win win solution. 

Like or dislike, that's the way... itulah grammar tata bahasa politik. 

Tentu jenis bahasa ini bisa menyakitan. Tapi, rasa sakitnya bukan untuk menghajar apalagi untuk menghancurkan. Seperti orang pacaran, ini hanyalah cubitan manja. Mirip seorang gadis yang gemes pada pasangannya. Kilikan Prabow sekaligus cubitannya pada Jokowi, sebuah permintaan untuk berkomunikasi. 

Tidak heran, cubitan dalam bentuk deklarasi kemenangan itu sampai dibuat tiga kali. Rupanya, pihak Jokowi belum sadar pada cubitan pertama dan kedua. Tidak heran juga, reaksi kubu 01 adalah mengirim utusan ke sang kekasih di seberang sana.

Biar komunikasi terjalin. Biar tahu apa yang dikehendaki pihak lain. Maka, politik sebenarnya dialog dan bukan debat. Selesai debat, hanya satu yang keluar dengan kepala tegak, yaitu pihak yang menang. Sebagai dialog, politik ingin supaya siapapun yang terlibat di dalamnya, semuanya keluar dengan kepala tegak.

Bagaimana dengan kita para suporter?

Jelas pesta demokrasi tidak meriah kalau tidak ada kita para suporter. Tetapi hendaknya semakin hari kita semakin cerdas dalam memberikan dukungan. Setelah tahu bahwa politik punya bahasanya sendiri, kita hendaknya tidak menelan mentah-mentah setiap pernyataan yang keluar dari mulut politisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun