Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Louw Djing Tie, Pendekar Shaolin di Tanah Jawa

14 Oktober 2019   10:28 Diperbarui: 14 Oktober 2019   10:53 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: silviagalikano.com

Kung Fu Shaolin adalah seni bela diri tertua di Tiongkok. Pertama kali dikembangkan di Kuil Budha Shaolin di Provinsi Henan.

Kendati berpusat di Tiongkok, nyatanya Kung Fu Shaolin telah merambah hampir ke seluruh penjuru dunia. Menariknya salah satu pendekar Kung Fu Shaolin legendaris dari Tiongkok ada yang datang dan menetap di Indonesia.

Ya, dia adalah Louw Djing Tie. Pria dengan julukan Garuda Emas dari Siauw Liem Pay ini lahir pada 1855.

Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Djing Tie kecil adalah sosok yang nakal dan pemberani. Dia sering terlibat perkelahian dengan kawan sebayanya.

Meski begitu, Djing Tie sangatlah cinta kedua orang tuanya. Ketertarikannya pada Kung Fu Shaolin bermula saat umurnya sembilan tahun.

Yakni ketika Djing Tie iseng melempar batu ke seorang biksu pengembara, Thi Tjeng yang dikenal suka mengemis sembari memaksa dan mengancam. Saat lemparan batu yang ketiga, Thi Tjeng baru menyadari bahwa hal itu tidak main-main.

Biksu itu pun memanas dan langsung berlari mengejar Djing Tie. Lantas saja Djing Tie kabur dan bersembunyi ke sebuah warung kecil yang dijaga oleh seorang kakek.

Untuk bersembunyi disitu, tentu Djing Tie menceritakan kejadiannya kepada si kakek. Beruntung sang kakek mengizinkan dan dia lah yang mesti menghadapi serangan biksu tadi.

Alih-alih terluka, si kakek malah mendahului serangan biksu tersebut dengan pukulan lima jari. Dan membuat Thi Tjeng mundur.

Selama kejadian itu, rupanya Djing Tie memperhatikan si kakek beraksi. Dari situlah kekagumannya muncul terhadap seni bela diri Kung Fu Shaolin dan mulai mempelajarinya di salah satu perguruan yang ada di desanya.

Sayangnya baru setahun belajar, kedua orang tuanya meninggal secara beruntun. Hal itu membuat Djing Tie mesti pindah dan bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Sekembalinya sang kakak dari perjalanan, Djing Tie segera dikirim ke Song Shan untuk belajar ilmu bela diri Shaolin. Disitu ia memperoleh kepandaian meramu obat serta bertarung.

Setelah di Song Shan, Djing Tie pun memperdalam ilmu bela dirinya dengan pendeta bernama Biauw Tjin di bukit Kouw Shan. Selama enam tahun disana, ia menguasai ilmu tenaga dalam dan luar hingga penggunaan senjata rahasia seperti jarum besi serta uang logam dengan sangat baik.

Selepas itu, ia masih mendalami ilmu menyumpit, tekni mengalirkan tenaga murni, dan totok jalan darah dengan temannya bernama Kang Too Soe. Kemudian pada suatu hari Djing Tie dan kawannya, Lie Wan berencana mengikuti seleksi guru kungfu di tempatnya.

Ketika giliran Lie Wan tiba dan naik ke panggung pertarungan, Djing Tie mengamati bahwa sang kawan akan mendapat serangan berbahaya. Sontak saja Djing Tie naik ke panggung seraya menendang kemaluan lawan Lie Wan dan bergegas kabur.

Ia sadar tindakannya sangatlah fatal dan bisa dijatuhi hukuman berat. Maka itu, Djing Tie memutuskan kabur keluar Tiongkok, sementara Lie Wan menetap di Amoy dan menjadi tabib.

Djing Tie kabur ke Singapura, tak lama setelah itu ia mengembara dan menetap di Indonesia. Awalnya Djing Tie tinggal di Jakarta, namun karena kurang berhasil, ia pun pindah ke Ambarawa, Semarang.

Di Ambarawa, Djing Tie membuka sebuah perguruan kungfu secara diam-diam. Pasalnya di saat itu, bela diri dianggap terlarang oleh pemerintahan Hindia-Belanda.

Walau begitu jumlah muridnya kian hari kian bertambah saja dan namanya pun semakin tenar. Tak jarang ia pun mengobati warga yang terkilir atau terpukul.

Hingga suatu hari belasan serdadu datang dan menghancurkan toko obat Djing Tie. Tiap serdadu memegang senjata tajam, ada golok, ataupun tongkat besi dan menyerang Djing Tie dengan ganas.

Ia langsung bergerak cepat dengan mengambil tongkat besi dari salah satu serdadu dan menyerang mereka satu per satu. Para serdadu pun tak sanggup menyaingi kehebatan Djing Tie dari lari tunggang langgang.

Selain di Ambarawa, pengembaraan Djing Tie terakhir adalah di Parakan, Temanggung. Louw Djing Tie tutup usia pada tahun 1921 dengan umur 66 tahun. Perguruan Kung Fu yang bernama Garuda Mas juga telah membuatnya dikenal seantero Pulau Jawa dan terus dikenang hingga sekarang.

Oleh: Sony Kusumo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun