Sekembalinya sang kakak dari perjalanan, Djing Tie segera dikirim ke Song Shan untuk belajar ilmu bela diri Shaolin. Disitu ia memperoleh kepandaian meramu obat serta bertarung.
Setelah di Song Shan, Djing Tie pun memperdalam ilmu bela dirinya dengan pendeta bernama Biauw Tjin di bukit Kouw Shan. Selama enam tahun disana, ia menguasai ilmu tenaga dalam dan luar hingga penggunaan senjata rahasia seperti jarum besi serta uang logam dengan sangat baik.
Selepas itu, ia masih mendalami ilmu menyumpit, tekni mengalirkan tenaga murni, dan totok jalan darah dengan temannya bernama Kang Too Soe. Kemudian pada suatu hari Djing Tie dan kawannya, Lie Wan berencana mengikuti seleksi guru kungfu di tempatnya.
Ketika giliran Lie Wan tiba dan naik ke panggung pertarungan, Djing Tie mengamati bahwa sang kawan akan mendapat serangan berbahaya. Sontak saja Djing Tie naik ke panggung seraya menendang kemaluan lawan Lie Wan dan bergegas kabur.
Ia sadar tindakannya sangatlah fatal dan bisa dijatuhi hukuman berat. Maka itu, Djing Tie memutuskan kabur keluar Tiongkok, sementara Lie Wan menetap di Amoy dan menjadi tabib.
Djing Tie kabur ke Singapura, tak lama setelah itu ia mengembara dan menetap di Indonesia. Awalnya Djing Tie tinggal di Jakarta, namun karena kurang berhasil, ia pun pindah ke Ambarawa, Semarang.
Di Ambarawa, Djing Tie membuka sebuah perguruan kungfu secara diam-diam. Pasalnya di saat itu, bela diri dianggap terlarang oleh pemerintahan Hindia-Belanda.
Walau begitu jumlah muridnya kian hari kian bertambah saja dan namanya pun semakin tenar. Tak jarang ia pun mengobati warga yang terkilir atau terpukul.
Hingga suatu hari belasan serdadu datang dan menghancurkan toko obat Djing Tie. Tiap serdadu memegang senjata tajam, ada golok, ataupun tongkat besi dan menyerang Djing Tie dengan ganas.
Ia langsung bergerak cepat dengan mengambil tongkat besi dari salah satu serdadu dan menyerang mereka satu per satu. Para serdadu pun tak sanggup menyaingi kehebatan Djing Tie dari lari tunggang langgang.
Selain di Ambarawa, pengembaraan Djing Tie terakhir adalah di Parakan, Temanggung. Louw Djing Tie tutup usia pada tahun 1921 dengan umur 66 tahun. Perguruan Kung Fu yang bernama Garuda Mas juga telah membuatnya dikenal seantero Pulau Jawa dan terus dikenang hingga sekarang.