Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

LPS Hadir, Aku Aman, Tenang dan Pasti

30 Agustus 2017   10:01 Diperbarui: 31 Agustus 2017   13:49 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara nangkring Kompasiana-LPS 'Bijak Mengelola Finansial Untuk Kemajuan Usaha' (dokpri)

"Berapapun penghasilan Anda tak ada artinya jika Anda tidak menyisihkannya. Apa gunanya memiliki gaji tinggi tapi membelanjakaannya sampai habis. Seseorang yang gajinya 50% lebih rendah dari Anda tapi mampu menabung 20% gajinya, tetaplah lebih unggul dari Anda."

Kira-kira demikian isi tulisan di sebuah buku saku yang pernah saya baca yang berjudul buku 'The Money Motivator' yang ditulis oleh Paul Hanna.

Saya sepakat dengan pernyataan tersebut, bahwa menabung itu memang teramat penting dalam kehidupan seseorang. Bahkan sebelum membaca buku tersebut, saya pun ternyata sudah menerapkannya sejak kecil.

Sejak di bangku SMP kelas tiga hingga SMA kelas tiga sekitar tahun 90-an awal, ada saja peluang dan cara yang saya lakukan untuk menambah uang jajan. Salah satunya, saya dipercaya oleh sebuah majalah menjadi pembuat Teka Teki Silang (TTS) secara rutin setiap bulannya.

Bukan itu saja, saya pun sering menerima jasa ketikan untuk tugas anak-anak sekolah di kampung kami. Wajar saja, mesin ketik di kampung merupakan barang langka. Jadi, karena di rumah kami ada mesin ketik, alhasil saya pun sering diminta tolong sama orang lain untuk mengetik. Ada saja yang berbaik hati dan menghargai jasa yang saya berikan.

Saya pun sangat menghargai hasil jerih payah yang saya lakukan tersebut. Untuk itu, saya tidak pernah menghambur-hamburkannya. Saya lebih memilih untuk menabung di bank daripada membeli sesuatu yang kurang bermanfaat. Walau pada waktu itu rekening yang saya gunakan masih atas nama papa saya, tapi saya tetap mengetahui perkembangannya, sebab papa selalu membuatkan buku catatan khusus untuk saya.

Untuk menambah semangat menabung waktu itu, maka saya pun menetapkan tujuannya. Saya menabung bertujuan untuk berlibur ke Pulau Jawa. Saya ingin melihat Monas dan Borobudur secara langsung. Setahun menabung, akhirnya impian saya terwujud, bahkan saya bisa mengajak ibu dan seorang adik untuk mendampingi.

Semangat menabung di bank pun menjadi habit bagi saya. Setelah merantau dan bekerja di Jakarta sejak 2002, saya selalu menyisihkan sejumlah uang dari gaji dan menyimpan di bank. Melalui cara seperti itu, saya pada akhirnya bisa membeli sepeda motor dan DP untuk membeli sebuah rumah setelah menikah. Bersyukur dengan komitmen seperti itu, saya ternyata bisa memiliki rumah jauh lebih cepat dari perkiraan saya. Bahkan uniknya, banyak teman saya yang memiliki gaji yang lebih tinggi dari saya, tapi belum memiliki rumah. Mungkin karena kurang prioritas dengan uangnya.

Inilah cara cerdas a la saya mengelola finansial dengan cara menabung di bank. Jadi satu hal yang harus tetap kita ingat bahwa mencari uang itu penting, tapi mengelolanya dengan bijak jauh lebih penting. Dalam hal ini saya pun harus mengapresiasi perbankan. Tanpa keberadaan bank, mungkin saya tidak bisa disiplin untuk menabung. Bagi saya bank memiliki peran yang sangat penting. Seperti halnya yang dialami teman-teman kerja saya. Berikut adalah video pengakuan mereka akan arti penting bank dalam kehidupan mereka.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun