Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

AHY Sebaiknya Jangan Diangkat sebagai Menteri Jokowi-Ma'ruf Amin

15 Oktober 2019   12:25 Diperbarui: 18 Oktober 2019   14:10 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihatlah misalnya keberhasilan Asian Games tahun 2018, sekuat dan sekerja keras apapun saat itu Menpora Imam Nahrowi, tetap saja Jokowi yang disanjung masyarakat. Karena memang begitulah hukumnya, Menteri adalah pembantu Presiden. 

Nah, jika AHY gagal nanti sebagai Menteri, dia akan cepat diganti dan selesailah karirnya di dunia eksekutif (Sekali lagi, tidak akan berulang ada Menteri pecatan terpilih kembali lagi jadi Menteri di masa yang akan datang), masyarakat sudah semakin cerdas. Apalagi sebagai Capres-Cawapres.

Kelima, Tanpa berusaha mengelabui publik. Maka seorang tokoh politik sangat perlu manjaga performance, track record nya dalam dunia politik baik dia sebagai pengurus partai, maupun saat terpilih sebagai eksekutif (Menteri misalnya) dan sebagai legislatif (Anggota DPR). 

Saat ini, AHY belum pernah menjabat sebagai Legislatif (DPR) dan Eksekutif. Namanya masih relatif baik di mata masyarakat. Artinya AHY belum mempunyai cacat integritas, cacat moral dan cacat prestasi di mata masyarakat. Dan itu bisa menjadi modal yang baik pada pilpres tahun 2024.

Dan jika AHY menerima tawaran sebagai menteri, gendangnya ada 2, pertama, Berhasil dan kedua, Gagal. Nah, jika AHY gagal atau katakanlah berprestasi biasa-biasa saja selama menjadi Menteri, maka itu bisa menjadi blunder dalam masa depan politik dia. 

Sebaliknya, meski dia berkinerja bagus sebagai Menteri, seperti saya katakan tadi diatas, kredit atas prestasinya itu akan lebih banyak tersedot kepada Jokowi sebagai Presiden, itu resiko dari pembantu Presiden yang dicintai rakyatnya. Jokowi pasti akan mendapat perhatian yang lebih besar dalam soal itu.


Keenam, Jika AHY berada di luar Kabinet, meski Partai Demokrat bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja jilid 2, maka ada ruang lebih luas bagi dia untuk terus bekerja mengambil hati rakyat selama 5 tahun ke depan. AHY juga punya kesempatan untuk memberikan kritik yang membangun saat Jokowi melakukan kesalahan misalnya dalam 5 tahun ke depan. Tetapi jika AHY ada di dalam, tak mungkin dia melakukan koreksi secara terbuka di ruang publik.

Dari beberapa alasan sederhana diatas, jika saya SBY dan AHY, maka meski mendukung pemerintahan Jokowi-Maruf Amin, saya tidak akan mengijinkan AHY direkrut sebagai Menteri di Kabinet Indonesia Kerja jilid 2. Demi masa depan politik AHY.

Bagaimana dengan anda anggota Partai Demokrat?

Salam kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun