Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Beli Pisang Harus Setandan?

19 Maret 2020   10:14 Diperbarui: 19 Maret 2020   17:19 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ketiga dirumahkan awak tak hendak bicara tentang virus korona. Cukuplah sudah posting 5 artikel Convid - 19 belakangan ini. Santai sejenak menulis tentang filosofi kehidupan guna sedikit meredakan  suasana hati diri dan semoga juga para pembaca dar kesimpang siuran berita penyebaran korona.

Kali ini akan disampaikan tulisan tentang  filofosi kehidupann menyangkut kehadiran makhluk pisang. Bukan sekali ini saja menulis tentang Banana kata orang bule tetapi pada saat wisuda 2 putra putri ada kisah tentang pisang dan burung rajawali. Namun kali ini awak terinspirasi menulis setelah menonton video Adinda KH. Burhanuddin Mardjuki.

 Adik Angkat seorang ulama muda dan cerdas Pemimpin Umum Pesantren Qotrun Nada ketika Tausyah menyampaikan satu himbauan yang sangat menarik.  Himbauan itu agar para jamaah ketika membeli pisang sebaiknya jangan satu sisir tetapi belilah setandan.

Apa makna nan terkandung dari himbauan setandan bukan sesisir pisang ? Menurut Ulama Yang pernah menjabat 2 kali sebagai Ketua Nahdhathul Ulama (NU) Depok itulah salah satu amanah Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.  Allah SWT memuliakan para Ulama di dunia dan akherat beserta jamaah atau para pengikutnya.

Artinya ketika Para Ulama Sufi ditakdirkan masuk syurga maka serta merta para murid dan jamaah akan ikut pula masuk syurga.

Pesan ini dimaknai secara sederhana bahwa sebagai umat Islam kita wajib memuliakan ulama.  Selalu dekat dengan ulama seperti juga pisang setandan.  Pala Ulama Muliam itu inbarat pisang yang besar dan gemuk kuning.  Sedangkan para pengikutnya adalah bagian tak terpisahkan dari pisang tersebut pada sisir sisir.

Maknanya jangan pernah berpisah dan terpisah dengan Ulama, Tetaplah bersama Aulia seperti juga sisir sisir pisang dalam kesatuan setandan. 

Filosofi ini memaknai dalam hidup dan kehidupan berdasarkan Al Qur'an dan Hadist seorang muslim dibimbing oleh Para Ulama.  Pembelajaran Syairah Islam dengan Para Guru yang jelas sanad (garis) dengan Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Itulah sebabnya awak di hari ketiga dirumahkan Rabu, 18 Maret 2020 ketika melihat seorang penjaja pisang langsung saja membeli setandan bukan lagi sesisir. Si Abang tampaknya bingung bin surprise nelihat sang langganan yang biasanya hanya membeli sesisir pisang.  Untunglah stock pedagang itu ada pisang yang masih utuh dalam kasatuan setandan.

Seperti kita ketahuui pisang setandan terdiri dari 5 --6 sisir.  Besaran pisang itu tidak sama.  Pada posisi diatas yaitu sisir dekat  pangkalnya pisang pisang itu besar, gemuk dan berwarna kuning matang.  Pada sisir kedua sampai ke 4 pisang itu berturur turut besarannya menyesuaikan. Justru pada ujung tanduk pusang itu semakin kecil dan warnanya masih hijau.

Pisang kecil dan masih hijau itulah posisi awak. Ketika Allah SWT berkehendak memuliakan Para Ulama seperti Pisang yang besar dan gemuk maka secara ootomatis pisang kecil hijau setengah matang itu ikut terbawa.  Sekali lagi semua pisang ikut terbawa, semua jamaah pengikut InshaAllah masuk surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun