Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Essai | Muamalah Zaman

12 Oktober 2018   16:03 Diperbarui: 12 Oktober 2018   16:07 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena apapun yang kita miliki pada saatnya akan hilang, semuanya. Kecuali satu, rasa, yang meliputi cinta dan kasih sayang yang akan terbawa di kehidupan berikutnya. Itulah mengapa kalau kau membawa cinta duniamu ke kehidupan berikutnya, hal itu akan menyengsarakan kita disana. Lalu mengapa kita mesti takut oleh prasangka manusia. Bukannya prasangka para penduduk langit yang kamu harusnya lebi takuti.

Jadi jangan pernah merasa diri ini lebih baik ketimbang orang lain. Berbekallah kehinaan dalam menempuh kehidupan yang fana ini. Agar kita tidak terlalu sombong ketika dikasih titipan ilmu, agar kita tidak merasa benar ketika diberi keluasan berpikir. Yang terpenting ialah cinta kasih sayang sesama, tidak peduli ras, suku, maupun agama. Kita semua sama di mata Tuhan. Karena Tuhan sendiri yang menciptakan perbadaan agar kita saling melengkapi, saling  mengisi. Bukannya malah ingin menyeragamkan apa yang sudah ditakdirkan menjadi perbedaan.

Inilah tantangan dari generasi baru. Bagaimana bisa merangkul segala golongan yang mempunyai ego sendiri-sendiri. Bagaimana bisa memasuki wilayah pemikiran satu dengan yang lain kemudian mencari titik-titik persamaan sehingga  bisa bersama-sama mewujudkan seenggaknya sila pertama dalam pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa. Tentu perjuangan yang tidak mudah.

Jika kita ingin memakan buah yang manis, tentu kita harus mengupas kulit buah terlebih dahulu. Tidak ada kulit buah yang manis atau bisa dimakan. Hidup pun juga begitu, untuk merasakan buah yang manis, kita mesti merasakan pahitnya dahulu. Itu hanya pandangan umum tentang kebaikan yang wajar. Dengan mencicipi buah manis. Tapi apakah kita tahu jika ada yang lebih nikmat lagi dari yang manis tersebut?

Inilah hakikatnya, di dalam daging buah yang manis terdapat biji yang pahit, akan tetapi biji tersebut dapat menghasilkan berpuluh-puluh buah yang manis. Dan akan terus tumbuh. Apabila kita bisa belajar dari biji tersebut, jangan harap kita bakal memetik kenikmatan dalam dunia. Jangan pernah berharap kemanisan dalam bermuamalah, karena justru kepahitan yang akan kau nikmati terus-menerus. Nikmatilah karena justru disitu terdapat lautan ilmu dan terasa sangat dekat pertolongan Tuhan. Akan kau rasakan rahman dan rahimNya.

Kita hanya perlu percaya kalau segala yang terjadi itu atas ijin Allah, sehingga kita akan memandang semua kejadian dengan penuh hikmah, pandangan kita selalu berprasangka baik walaupun terkadang kita dibilang bodoh oleh orang-orang. Nikmatilah perjalananmu, sembari habiskan kopi yang kau seduh. Karena sebentar lagi akan ada malaikat yang menjemput kita. Yyang bisa datang kapan saja tanpa kita pernah mengetahuinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun