5. Kegiatan literasi dapat dijalankan kapanpun. Literasi sederhana bisa dimulai dari membaca dan menulis, dan kegiatan itu bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Berdiskusi pun menjadi bagian dari budaya literasi.
6. Kegiatan literasi berujung pada kebaikan budaya lisan. Berkomunikasi secara lisan menjadi titik penting adab atau budaya literasi di masyarakat. Berbahasa lisan tidak cukup baik dan benar, namun harus santun dan bijak. Itulah cerminan budaya literasi.
7. Kegiatan literasi harus menyentuh semua kurikulum kehidupan. Mulai dari pengetahuan, sikap, dan perilaku sesuai dengan level organisasinya masing-masing.
8. Kegiatan literasi harus berbasis keberagaman. Kemauan untuk menghargai perbedaan dan menghormati pendapat orang lain adalah basis budaya literasi. Sehingga literasi bukan mempersempit cara berpikir tentang multikultural, melainkan memperluas cakrawala berpikir untuk kemaslahatan yang lebih besar.
Bila ke-8 prinsip dalam membangun budaya literasi dijalankan dengan seksama, maka bukan tidak mungkin terwujud masyarakat literat di bumi Indonesia. Sebuah masyarakat yang paham dan mampu menyesuaikan diri dengan dinamika peradaban, termasuk di tengah gempuran era digital atau revolusi industri 4.0. Budaya literasi adalah budaya universal yang harus ada dalam kehidupan setiap orang.Â
Literasi dasar seperti membaca dan menulis, literasi media, literasi teknologi, literasi sains, literasi humaniora, literasi finansial, literasi poltik, bahkan literasi pemerintahan. Semuanya bertumpu pada budaya paham dan mampu untuk memampukan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Itulah arti penting budaya literasi di masyarakat. Maka, semua pihak harus terlibat aktif dalam gerakan membudayakan literasi di semua ranah kehidupan. Untuk keadaan masa depan yang lebih baik. Karena intinya, setiap pikiran dan tindakan seseorang adalah tanda level literasi pribadinya ... tabik #BudayaLiterasi #PegiatLiterasi #GerakanLiterasi