Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Guru Mental Kuli: Cermin Buram Pendidikan Kita

1 Februari 2024   00:01 Diperbarui: 1 Februari 2024   00:03 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kisahfoto.com

"Jadilah guru yang mengajar dengan hati, bukan hanya menjalankan rutinitas belaka."

Guru sejatinya adalah sosok panutan dan teladan bagi para murid. Sayangnya, fakta di lapangan menunjukkan banyak guru justru menjadi contoh buruk dengan mental kuli mereka. Perilaku malas dan seenaknya dalam mengajar sudah menjadi rahasia umum di banyak sekolah. Tentu kondisi ini sangat memprihatinkan dan menunjukkan betapa buruknya sistem pendidikan kita. 

Salah satu indikasi guru bermental kuli adalah ketika mereka hanya giat mengajar jika ada pengawasan kepala sekolah. Begitu tak diawasi, mereka langsung malas-malasan. Misalnya, sering meninggalkan kelas lebih awal dengan alasan ke toilet atau ke kantor guru, padahal sekadar bersantai.

Menurut pengamatan saya selama bertahun-tahun mengabdi sebagai guru, perilaku kuli semacam ini sangat merugikan proses belajar mengajar. Waktu efektif mengajar yang memang relatif singkat, sekitar 5-6 jam sehari, menjadi berkurang drastis. Para murid pun dirugikan karena kehilangan kesempatan belajar lebih banyak dari guru.

Sebagai praktisi pendidikan, saya prihatin melihat kondisi ini. Guru seharusnya hadir di kelas bukan sekadar menjalankan rutinitas, melainkan benar-benar memiliki dedikasi untuk mencerdaskan anak didik demi masa depan bangsa. Sayangnya, semangat seperti itu makin langka. 

Menurut saya, perilaku kuli para guru ini mencerminkan gagalnya sistem pendidikan kita membentuk guru-guru profesional. Mulai dari rekrutmen yang asal-asalan, pelatihan yang kurang memadai, hingga lemahnya pengawasan kinerja guru. Kondisi inilah yang menurunkan etos kerja guru.

Pertama, kegagalan rekrutmen guru. Selama ini, rekrutmen lebih mengejar target kuantitas ketimbang kualitas. Proses seleksinya pun tidak ketat untuk mendapatkan calon guru terbaik dari sisi kualitas akademik, kepribadian, dan motivasi mengajar. 

Akibatnya, banyak yang lolos seleksi walau motivasi mengajarnya minim. Mereka cuma ingin jadi ASN dan dapat gaji rutin, bukan bernafsu mencerdaskan murid. Makanya, begitu jadi ASN, semangat mengajar langsung hilang. Inilah akar masalahnya.

Kedua, pelatihan guru pemula yang asal-asalan. Materinya kurang komprehensif untuk membekali calon guru menjadi pendidik profesional. Alhasil, banyak guru pemula langsung mengajar tanpa persiapan matang. Wajar jika penampilan mereka jadi kurang maksimal dan cenderung malas-malasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun