Sebagian orang Indonesia, sebagaimana galibnya kebudayaan dari Timur, percaya pada hal-hal mistis, gaib dan berbau tahayul yang menguasai gunung-gunung, hutan dan lembah. Tak terkecuali dalam aktivitas pendakian gunung dan menempuh rimba, kepercayaan pada hal berbau mistis demikian sangat terasa di kalangan ini.
Kepercayaan pada dunia mistis biasanya muncul melalui cerita-cerita, termasuk cerita penyelamatan korban tersesat di rimba, korban pendaki jatuh di gunung, dll. Termasuk cerita kesurupan di hutan, danau, gunung dll.
Korban yang selamat atau kru penyelamat menceritakan hal-hal mistis selama mereka melakukan survival di alam liar: melihat orang misterius, orang tua asing berjubah putih, melihat rombongan kuda putih lewat, dll. Menariknya, jurnalis pun dengan antusias memuat cerita begini di media massa.
Penulis cukup sering diberi wejangan saat kali pertama ke suatu tempat, seperti gunung dan rimba, misalnya: jaga sikap, tidak boleh berkata jorok, jangan melakukan maksiat, hal-hal berbau mesum, dll. Ancaman bila melanggar nanti tersesat di rimba dan masuk jurang yang dalam di gunung.
Jangan heran, himbauan tak berbuat maksiat, baik berupa peraturan lisan maupun tulisan yang ditempel di pohon-pohon, kadang lebih banyak dibandingkan himbauan jangan buang sampah sembarangan, jangan mengotori sumber air, bawa sampah turun kembali, dst.
Ada kepercayaan tempat mahluk gaib di sebuah pohon besar berlobang hitam di bagian bawah, di antara Pos 3 dan Shelter 1 gunung Kerinci. "Sebaiknya tidak berfoto di sana, mas, biar tidak hilang nyasar," kata seorang pendaki. Sebagian pendaki tetap bandel berfoto di sana, bahkan ada yang membakar pangkal pohon.
Syahdan, saking dianggap angker, tidak ada pendaki lokal mau naik gunung Semeru hingga ke puncaknya. Barulah tahun 1838 tercatat ada pendaki pertama hingga ke puncaknya, yaitu seorang bule Belanda bernama Clignet. Bagi bule, gunung tetaplah gunung akan didaki jika ada perlunya. Pendakian kedua (1911) juga dilakukan bule bernama Van Gogh dan Heim.
Kuatnya kuasa mistis merasuki alam pikir para pendaki membuat seseorang yang mengalami serangan dingin amat sangat (hipotermia) hingga berujung hilangnya kesadaran, berbicara tak terkontrol, hingga pingsan, akan dianggap kesurupan mahluk halus di gunung.Â
Alih-alih diberi pakaian hangat, diberi minuman manis hangat, intinya diberi kehangatan, korban hipotermia malah digosok minyak angin di dekat hidungnya dan diberi campuran bawang merah dan minyak tanah di sekitar pusar.